Special Interview

Garuda Buka-Bukaan Soal KSO dengan Sriwijaya & Air Asia

tahir saleh, CNBC Indonesia
21 January 2019 12:30
Soal Peluang Membeli Saham Sriwijaya
Foto: I Gusti Ngurah Askhara Dana Diputra (Ari Askhara) (CNBC Indonesia/Tito Bosnia)
Kita ke Garuda, setelah kerja sama operasi (KSO) dengan Sriwijaya Air, ada angin segar?
Sebenarnya untuk Garuda Indonesia, kerja sama manajemen dengan Sriwijaya itu kami lebih banyak membantu Sriwijaya untuk dapat struktur cost lebih murah, centralize organization, cukup menekan biaya di Sriwijaya.

Kami targetkan ada saving cost dari Sriwijaya bisa Rp 750 miliar yang dibantu dengan anak usaha kami dari catering, maintenance facility. Khusus bagi Garuda dan Citilink, kita bisa koordinasi bila ada flight atau slot bertumbuh dengan Sriwjaya bisa diatur sehingga suplai bisa bekerja. Kita bisa manfaatkan pesawat itu penuh.

[Dari sisi kinerja, posisi Sriwijaya cukup besar terhadap pendapatan PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI). Laporan keuangan GMF mencatat, dari total pendapatan GMF per September 2018 sebesar US$ 334,69 juta, Sriwijaya menyumbang US$ 48,23 juta atau 14% dari total pendapatan GMF. Bahkan kontribusi Sriwijaya ke pendapatan GMF lebih besar ketimbang Citilink Indonesia sebesar US$ 38,36 juta yakni 11,46%.]

KSO bisa berkontribusi ke pendapatan Garuda?
Enggak ada, kita hanya sinergi turunkan cost. Memang opsi membeli saham tetap dibuka oleh pemegang saham Sriwijya, cuma saat ini Sriwijaya dan Citilink untuk fokus menekan cost. [Sebagai perbandingan, menurut data persentasi Garuda, biaya fuel Garuda hingga September 2018, mencapai US$ 1,02 atau 31% dari total biaya US$ 3,29 miliar. Biaya fuel naik 17,4% year on year. Biaya lainya yakni rental US$ 811 juta, sisanya maintenance dan lainnya.]

Ramai di media ada KSO dengan AirAsia?
Ya mereka, pada November dan Desember 2018 datang ke Garuda dan kenalkan kerja sama, cuma lagi liburan [terpotong hari libur], jadi kami belum menerima penawaran [lagi]. Saya rasa kami siap berkomunikasi kerja sama, kami melihat AirAsia kuat di regional, untuk domesik sekitar 1 persen, tapi regional kuat. Jadi hal ini cuma strategi kerja sama.

Dampaknya KSO untuk pemetaan maskapai?
Sebenarnya lebih ke konsolidasi. Kecil [dampak] ke Garuda, KSO lebih membantu struktur cost, yang penting adalah bagaimana menekan struktur cost. Seperti Sriwijaya, mereka bisa menekan cost, saat ini sudah dilakukan, di maintenance dan katering dan pengaturan rute tidak menumpuk. [Dalam paparannya, hingga September 2018, ada 28,7 juta penumpang yang dibawa, nain 7,9% dengan load factor naik menjadi 75,6%.]

Progres kinerja Garuda, masih merugi?
Ya seperti kami sampaikan saat Garuda public expose, kami tetap konsisten untuk tekan cost, terus negosiasi dengan lessor [pemilik pesawat sewa] dan mudah-mudahan positif, kami belum bisa publish [menunggu audit]. [Per September 2018, pendapatan Garuda naik menjadi US$ 3,22 miliar dari periode yang sama 2017 sebesar US$ 3,11 miiar. Pendapatan terutama dari bisnis penerbangan berjadwal yang naik menjadi US$ 2,57 miliar dan pendapatan lain menjadi US$ 397,97 juta. Rugi sudah bisa ditekan menjadi US$ 114,08 juta atau  sekitar Rp 1,6 triliun dari periode yang sama tahun 2017 rugi US$ 222,04 juta]

Kapan kinerja bisa positif?
Laporan keuangan sedang kami siapkan, sedang diaudit eksternal. Mudah-mudahan pertengahan Februari. (hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular