Eksklusif

Rudiantara Bicara Soal Data Center, Merger Telko Hingga Bolt

Tim CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
22 November 2018 12:04
Rudiantara Bicara Soal Data Center, Merger Telko Hingga Bolt
Foto: CNBC Indonesia/Fitri Said
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi digital adalah masa depan dan berbagai negara berlomba-lomba mempersiapkan diri untuk bisa memanfaatkannya dengan maksimal.

Menghadapi perkembangan ekonomi digital, pemerintah sudah menyiapkan berbagai inisiatif untuk mempersiapkan diri menghadapi Revolusi 4.0. Salah satunya yang dilakukan oleh kementerian komunikasi dan informatika (Kemenkominfo).

Menteri Komunikasi dan informatika Rudiantara mengungkapkan rencana pemerintah untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) hingga infrastruktur internet untuk menyokong ekonomi digital.

Rudiantara juga buka-bukaan soal konsolidasi, revisi data center dan nasib First Media dan Bolt kepada CNBC Indonesia. Berikut nukilan wawancaranya.

Apa yang dilakukan pemerintah untuk mempersiapkan SDM digital?

Kementerian Komoinfo mempersiapakan 20 ribu digital talent tahun 2019. Dan itu siapa mereka? Mereka boleh lulusan SMK, TI, boleh D3, boleh S1. Tapi yang dibatasi adalah usianya. Tahun 2018 ini kami merekrut 1000 orang.

Dari 1000 ini, animonya itu 46 ribu lebih, kemudian yang bisa tes 21 ribu orang, karena masalah administrasi dan lain sebagainya. Terutama dari sisi usia, kami ingin itu menyentuh generasi muda. Jadi usianya tidak boleh lebih dari 29 tahun di 2018 ini. Bayangkan dari 46 ribu lebih yang minat, 21 ribu orang yang berhak ikut tes, yang dapat hanya 1000 orang.

Tahun depan kita akan tambah 20 ribu orang lagi. Itu 20 ribu orang yang pertama kali besar-besaran. Tapi pak Jokowi minta perbesar angkanya. Karena ini kebutuhan kita itu mungkin sekitar 300 ribuan per tahun, jadi masih jauh. Jadi paling tidak ini sudah bergerak dahulu. Saya berharap nanti ekosistem yang lain juga bisa bergerak untuk menyiapkan digital talent di Indonesia. Dan ini level teknisi ya.

Rudiantara Bicara Soal Data Center, Merger Telko Hingga BoltFoto: Infografis/PROYEK STRATEGI NASIONAL (Sektor Teknologi)/Arie Pratama

Regulasi apa yang disiapkan untuk dorong digital talent ini?

Peran pemerintah, peran kominfo itu justru bergeser. Dari tadi sebelumnya bekerjanya hanya masalah regulasi, harus dikurangi. The best regulation is less regulation. Yang harus kita dorong adalah light touch regulation. Perizinan-perizinan disederhanakan. Dari 36 jenis izin kominfo sekarang tinggal 5 jenis izin.

Cara memberikan izin kalo sebelum jam 12 siang asal dokumen lengkap, mita izin hari yg sama harus keluar izinnya sore tapi semua dilakukan secara online. Kominfo dan pada umumnya pemerintah Indonesia yang sekarang itu bergeser dari pola pikirnya sebagai regulator menjadi fasilitator, bahkan menjadi akselerator. Itu yang dilakukan.

Bagaimana kita memfasilitasi pengembangan 1.000 digital startup. Bagaimana kita lakukan pembangunan yang bersifat affirmative policy seperti Palapa Ring. Ada gambarnya nih. Ini Insya Allah pertengahan tahun. Tahun depan ini semua kabupaten, semua kota kabupaten, minimal ibukota kabupaten itu sudah terhubung dengan jaringan tulang punggung broadbrand atau internet kecepatan tinggi.

Proyek Palapa Ring kapan mulai diresmikan dan dimanfaatkan oleh industri?

[Palapa Ring di Indonesia bagian] Barat itu sudah mulai beroperasi sejak bulan april tahun ini. [Indonesia] Tengah sampai Morotai (Maluku), Talaud (Sulawesi Utara), Sangihe (Sulawesi Utara) dan sebagainya itu progress kontruksinya sudah 99,59% jadi sekarang tinggal integrasi dan melakukan pengetesan-pengetesan.

[Indonesia] Timur yang paling menantang, itu termasuk papua, papua barat, itu progressnya 80%. Jadi tahun depan kuartal pertama mulai selesai konstruksinya, integrase, testing, jadi pertengahan tahun sudah bisa dipastikan jadi setidaknya ibukotanya dan semua kota-kota besar ada 514 indonesia sudah terhubung, terkoneksi dengan jaringan tulang punggung (backbone) dari broadband atau jaringan internet dengan kecepatan tinggi.

Paling lama pertengahan tahun terintegrasi, bahkan barat ini sudah beroperasi. Jadi kalo sekarang pengguna internet, dan lain sebagainya, operator- operator internet itu bisa pake sampai ke natuna, anambas, semua sudah broadband.

Ya, kalau 4G sudah sudah dari sejak tahun 2015 kita lakukan, sekarang kita masuk ke teknologi yang industri yang menunjang Revolusi Industri 4.0. Nah ini saya kaitkan dengan tadi digital talent yang 20 ribu digital talent. Itu nanti kita pilih 20.000 talent. Apakah itu lulusan SMK, D3 atau S1 asal usia tidak lebih dari 29 tahun.

Kita Didik di perguruan tinggi 2 bulan mereka di sana dedicated dan hands on belajar kalau belajar cloud computing tiap hari dia belajar cloud computing belajar artificial intelligence, nanti skill/keterampilan nanti setelah masa berakhir itu disertifikasi.

Rudiantara Bicara Soal Data Center, Merger Telko Hingga BoltFoto: REUTERS/Willy Kurniawan

Bagaimana sistem pendidikannya?

Nah, silabus yang kita gunakan ini kita menggunakan silabus dari Big Tech company. Ada Microsoft ada Sisco, ada Google semuanya menyediakan silabus-silabusnya. Karena kan kalau kita mikir sendiri buat silabus kita akan ketinggalan karena kan teknologinya datang juga dari luar, jadi kan kita adjust diri kita.

Nah, program ini kami berharap ya tidak hanya kominfo tapi banyak yang melakukan ini, ini lebih sebagai gerakan karena kita butuh 300.000 talent. Nanti kalau udah terpenuhi Ya setidaknya mimpi saya 5 tahun lagi kebutuhan digital talent teknisi di Asean itu itu dari Indonesia karena kita pasar yang paling besar.

Soal rencana bentuk lebih banyak startup bagaimana?

Accelerator bagaimana kita memiliki minimal 5 unicorn tahun depan. Itu program disiapkan oleh kominfo beserta ekosistem sama Nadiem (Makarim) sama William [Tanuwijaya] sama teman-teman-lah sekarang kita berusaha menjadikan startup Indonesia ada yang jadi unicorn lagi tahun depan.

Kalau yang model bisnis yang masih brick and mortar (konvensional) yang lama itu pasti kena distrupsilah, dengan teknologi digital ini ada namanya fenomena disintermediari. Perantara-perantara itu akan bertumbangan satu dengan yang lain, jadi kalau bisnisnya panjang perantaranya itu akan yang akan di adress pertama oleh di disrupsi oleh startup.

Jadi kalau kita lihat yang baru kan contoh misalkan ya kalau dulu kalau saya pintar masak Saya mau jualan masakan saya, saya harus nyewa tempat, bikin restoran yang harus bermacam-macam. Sekarang, dari dapur saya masakan bisa dikirim langsung ke pelanggan menggunakan Go-Jek, GoFood. Jadi ini semuanya ya perantara-perantara itu akan banyak hilang.

Justru kalau saya melihat, Indonesia ini praktis tidak punya legacy untuk sistem perdagangan yang model-model konvensional. Lain dengan Amerika, Amerika kan mempunyai outlet, punya mall besar, nah begitu di destruksi masuk sini contoh begitu diisi oleh Amazon itu yang nama toko-toko besar itu tutup mata rantai. Mata rantai yang panjang investasinya heavy di aset itu bertumbangan. Ini hanya masalah waktu. Kita juga akan begitu.

Ada unicorn yang mau fokus dalam negeri kita dukung, ada unicorn yang juga mau ke luar negeri kita dukung. Kalau susah masuk ke satu negara, kami sebagai pemerintahan mengetuk pintu sesama pemerintah dan kita harus berpikir juga kalau misalkan ada startup dari luar negeri yang memang kita butuh disini, kenapa kita nggak tukar?

Artinya yang Indonesia diperbolehkan ke sana, yang di sana diperbolehkan ke Indonesia Karena apa? kalau kita melihat ASEAN sebagai single market itu pergerakan dari orang, pergerakan dari barang, itu akan menjadi single market pada akhirnya nanti.

Ribut-ribu soal DNI, Kemenkominfo sudah usulkan sektor yang akan membolehkan asing masuk 100%?

Kita harus lihat dari sisi makro sebetulnya bagaimana kita ini sudah lebih dari 10 tahun mungkin ya kita punya permasalahan current account deficit yang belum bisa ter-address. Itu current account deficit karena impornya lebih banyak daripada ekspor lah kurang lebihnya.

Caranya adalah pertama meningkatkan ekspor. Nah, ekspor juga tidak mudah karena pasar yang sedang bertarung, ada perang dagang dan lain sebagainya, tapi tetap harus dilakukan.

Kedua adalah bagaimana meningkatkan investasi baik investasi dari dalam negeri, modal dalam negeri maupun dari internasional, pasar internasional masuk ke dalam negeri. Setiap saat itu pemerintah melakukan review dari kebijakan investasi yang diperlukan ke dalam negeri. Itu terefleksikan dalam salah satunya dalam bentuk DNI (daftar negatif investasi) apa-apa saja yang diperbolehkan tapi harus apa... apa-apa saja yang tertutup atau tidak diperbolehkan.

Saya juga tidak tahu kenapa jadi ribut. Saya sendiri belum menetapkan mana yang akan dirubah, bahkan sekjen saya itu, Sekjen kominfo ngirim surat berapa bahkan tidak dirubah.

Tapi kalau misalkan ini pengertian yang jadi rame itu adalah kalau dikeluarkan dari DNI seolah-olah asing 100%. Sebetulnya bukan begitu pengertian, ya kalau misalkan tadinya di dalam DNI itu katakan harus dialokasikan untuk UMKM, kalau dikeluarkan itu dampaknya apa? Pertama dampaknya adalah izinnya tidak berbelit-belit, kalau DNI kan mengacunya kepada DNI, kepada lembaga yang banyak lagi nanti.

Jadi kemudahan diberikan pada UMKM pertama. Kedua asing tidak akan masuk karena, karena kalau dibawah Rp 10 miliar net worth-nya, ya asing nggak boleh masuk. Itu Undang-Undang. Jadi kalau untuk UMKM sebelumnya dikeluarkan itu bukan berarti itu dibeli oleh asing, tidak! Karena justru itu kesempatan bagi UMKM untuk melakukan proses perizinan yang lebih sederhana gitu.

Kalaupun tidak perlu izin mungkin, itu yang pertama. Nah kedua juga asing tidak boleh masuk ke yang di bawah net worthnya yang 10 miliar rupiah.


Mekanisme penyimpanan data center?
 
Kan sebetulnya di PP 82 tahun 2016 ada yang namanya Data Center localization itu keharusan. Tidak ada alasan apapun, semua data center itu di dalam negeri. 

Ada namanya penyimpanan data, ada namanya pemrosesan ya. Nah kita lihat sebetulnya masik applicable atau tidak? Dari tahun 2016 jadi bukan baru, dari tahun 2016 ini kami sudah melihat bawah ini harus ditata ulang. 

Mengapa? Karena praktis kalau kita kan sekarang kita dorong ekonomi digital ada namanya startup kita dorong, unicorn kita dorong, gitu ya, nah mereka menggunakan data Center di mana? Kalau yang harus di dalam negeri tidak ada perubahan kebijakan yang tadi perubahan kebijakan itu.

Tetapi bukan juga berarti artinya zaman sekarang boleh di mana-mana? Tidak! Yang harus di dalam negeri, dalam negeri tetap. Masalah kedaulatan tidak bisa diganggu gugat. Wah itu sih overminded body istilahnya. Seperti penyelenggaraan negara, ya tidak bisa. Terus jangan justru harusnya di dalam negeri, disimpan di luar negeri.
 
Akankah pemerintah ajak Facebook, Google, dll bangun data center di Indonesia?

Kita lihat harus dari kita ini kan bagian dari pada di ekosistem dunia, tidak bisa serta-merta juga besok kamu ke sini. Kita harus ada taktik dan bagaimana caranya. Kenapa? Nomor satu ya Data Center ini misal kan harus kita peluk gitu lho ya? Apa concern mengenai perlindungan data? Perlindungan datanya itu tidak hanya di Data Center, perlindungan datanya akan ada di undang-undang perlindungan data pribadi yang pemerintah dan DPR sudah sepakati masuk prolegnas 2019.

Jadi jangan kita campur aduk antara teknologi, antara perlindungan data dan lain sebagainya. Kita harus harus pilah pilih, data: penyimpanan data, pemprosesan. Nah, pemrosesan misal kan kalau kita lihat ya unicorn sekarang juga masih menggunakan di luar. 

Kenapa saya tanya duluan berbagai macam alasan yang startup kenapa startup pakainya data center-nya di luar? Masalah harga? Misal kan. Masalah fleksibilitas aplikasi? Misal kan. Ya kita harus dorong, misalkan kalau ada yang bagus di Indonesia kita dorong ke sana, tapi bukan kita ini tidak boleh ekstrem, dalam negeri semuanya for the sake of nationality atau mengatasnamakan nasionalisme. 

Belum tentu semuanya begitu atau juga ekstrem asing, ya gak bisa. Kita juga harus dulu kan sesuai dengan porsinya dan ini kan kalau bagi saya tidak ada perubahan yang mendasar. Tetap dalam negeri pengecualian diberikan kepada beberapa hal yang memang tidak relevan dengan kaitan nya masalah strategisnya.

Rudiantara Bicara Soal Data Center, Merger Telko Hingga BoltFoto: Data Center (Reuters)
 
Di manakah posisi para pelaku data center lokal?
 
Kalau kita lihat ya bisnis Data Center ini masih besar di Indonesia. Kenapa? Salah satunya adalah misalkan tergantung service levelnya dimana? Tier berapa? Kalau kita bicara tier empat dalam konteks internasional itu harus ya kriterianya harus dipasok oleh dua perusahaan listrik yang berbeda. 

Nah, sekarang kan di Indonesia cuman ada PLN. Paling-paling Data Center yang di Cikarang. Karena apa? di Cikarang ada perusahaan listrik Cikarang listrindo 1. Satu lagi PLN. Apakah semua tier empat harus numpuk di sana? Kemudian narik transmisinya jadi seperti apa? Ini juga menjadi concern kami ke depannya seperti apa. 

Tentunya biar bagaimanapun Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar. Saya sudah katakan kepada asing kita terbuka anda bisnis di Indonesia, tapi we need the friend who can create the value add. Kalau hanya, hanya ekspor Indonesia sebagai pasar saja, ya over demanded body.
 
Sejauh apa lokal dilibatkan?

Saya itu dari tahun 2016 bicara ini. Kalau liat asing mau masuk, kita juga harus tanya masuknya seperti apa? Apakah mereka membuat data center di sini, berjualan cloud computing di sini? Apakah ini menjadi bagian jaringannya dia? Bagian back office-nya dia? Jadi kita harus lihat tidak bisa digugah semuanya 'Pokoknya enggak boleh atau asing boleh nggak boleh' bisa kita harus liat case-case yang besar kita harus lihat dan jangan lupa kita perlu menggerakkan ekonomi di Indonesia.
 
Indonesia bekerjasama dengan Alibaba? Keuntungannya apa?

Dari sisi bisnis, saya terakhir ketemu sama Jack Ma. Dua kali. Bulan Agustus di Istana Bogor dan kemarin Oktober di Bali pada saat IMF World Bank. Jack MA itu tidak punya appetite lagi untuk masalah bisnis Indonesia. 

Dia udah ada lewat Lazada, lewat juga yang lainnya, gitu ya udah. Jadi, posisikan Jack Ma, anda itu kan literally guru dulunya dan sekarang anda guru katakanlah di bidang digital e-commerce. 

Kenapa enggak anda tularkan di Indonesia? Kenapa enggak dibuka yang namanya Jack Ma institute di Indonesia? Itu diskusi saya. Jadi bukan lagi mengenai dia membuka dia bisnis. Bisnisnya di Indonesia mungkin seper berapa dari total bisnisnya dia.

Jadi dia juga udah enggak... jadi artinya apa? Mau dibeli suruhnya Indonesia pun tidak akan menambah value pada total bisnisnya dia yang sudah miliki, tapi kita bisa sentuh dari tadi hal yang tadi di sini. Artinya otak anda dong di sharing di sini.



Soal industri telko sudah kondusifkan persaingan dan perlukan konsolidasi?

Tidak bisa tidak. Ini di basic telekomunikasi, tidak hanya di digital economy secara keseluruhan ya. Kalau anda mau masuk bisnis telekomunikasi, syaratnya ada tiga, karena apa? You have to mastering the three things. Nomor satu karena dia, apa namanya, Capital intensive. Kedua, technology intensive, ketiga heavily regulated. 

Kalau anda ga mastering ini, anda gak mau keluarin uang. Anda enggak punya teknologi yang baru, anda gak usah berbisnis telekomunikasi di Indonesia. Saya prinsipnya adalah itu. sekarang struktur yang ada dengan 5 operator seluler, dengan yang regional ada empat untuk BWA jadi tidak sehat karena tidak ada economy or skill. 

Kalau kita rujuk ke negara lain, ya negara lain yang bagus itu paling-paling ada dua tiga operator. Makanya, temanya saya dorong konsolidasi. Bagaimana mau konsolidasi, mau merger, akuisisi? Siapa yang mau? Itu bukan saya, itu bisnis, silakan. Tapi kami itu fasilitasi, contohnya frekuensinya mau di apakan misalnya. Kalau digabung apakah ditarik?
 
Secara tidak langsung dapat mendorong terjadinya konsolidasi untuk lebih memperkuat seperti di antara XL-Axis...?

Saya sangat dorong. Saya dengan semua controlling shareholders dari luar negeri, tapi siapa mau dengan siapa ya silahkan gitu lho. Bukan concernya pemerintah.

Iya fasilitasi nanti kalau misalkan contoh frekuensinya mau di apakan? Kalau misalkan lebih apa mau ditarikan? Apa mau dibiarkan? Apa mau di reserve? Harus fair karena semuanya juga kan, di liat juga bukan kepada yang konsolidasi. Jadi yang tidak konsolidasi juga.
Rudiantara Bicara Soal Data Center, Merger Telko Hingga BoltFoto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
 
Soal nasib Bolt dan First Media yang izin frekuensi berencana di cabut?

Ini kalau menurut saya ini karena kebijakan yang dari awal teknologinya tidak pas kemudian juga bisnis modelnya. Ini kan kebijakan mungkin udah agak lama ya. Saya selalu katakan you won't survive. Dari awal saya katakan anda nggak akan survive, anda harus konsolidasi. Begitu konsolidasi nanti saya lakukan perbaikan diri izinnya, agar level up playing field. 

Tapi, kan bukan... saya tidak bisa mengontrol yang pemegang saham. Pemegang saham punya uang, dia mau rugi jalanin terus saya juga ga bisa nolak. Mau untung tapi saya katakan tidak mungkin untung. 

Dalam perjalanan ini merekan memiliki kewajiban, salah satunya bayar BHP frekuensi. Kalau bayar BHP frekuensinya nunggak, ya kan kita harus melakukan sesuatu berdasarkan undang-undang, berdasarkan aturan dan regulasi. 

Tapi kan kita juga harus berpikir pelanggannya kemana? Bagaimana kalau misalkan mas Edwin masih punya saldo Rp50.000 terus tiba-tiba dimatikan. Terus karyawannya ke mana? Tapi kembali, tapi itu bukan halangan bagi pemerintah untuk melakukan afirmatif policy.
 
Sanksi yang diberikan kepada bolt dan first media seperti apa?

Harus, ya harus. Kalau nggak nanti menjadi precedence. Yang lain nanti bilang dia aja boleh kenapa saya gak boleh? Begitu. Padahal kan kita banyak ada operatornya. Ini yang sedang kita susun, kita tata. Jangan sampai hanya karena for the sake of aturan nanti pelanggan gimana? Terus karyawan gimana? Tapi, juga tidak boleh hanya for the sake of pelanggan terus jadi ini tertunda-tunda. Nggak bisa. Kita sedang sedang siapkan itu.
 

Cara mendorong investasi di Indonesia agar ekonomi digital cepat tumbuh?

Nomor satu ya balik lagi ke kekuatan kita adalah sumber daya manusia. Hanya kita belum menggali yang dalam. Kenapa? kalau tidak kita ini akan jadi pasar terus. Jadi kenapa tadi ada program 20 ribu digital talent di level teknisi, sebetulnya dibutuhkan di digital ekonomi adalah level teknisi, level engineer, dan level C (chief level). 

Nah sekarang kami mulainya dengan teknisi. Kenapa? Kami bicara dengan big company di Indonesia, Microsoft, Sisco, Google, mereka bilang 'Rud, gue susah cari teknisi di Indonesia'. Kenapa? Ya nggak ada karena keterampilan yang tidak disiapkan, gitu. Terus opsinya apa? Gue mesti impor dong dari luar. 

Ya saya bilang jangan impor dong, terutama karena kalau impor mahal. Kedua, bikin cemburu banyak orang buat anak-anak muda Indonesia. Let's do something. Dari situ kita belajar. Kan anda punya Academy, Silabus nya bagus, bawa ke Indonesia. 

Nanti sesuaikan dengan Indonesia. Siapa yang ngajar? yang ngajar dosen-dosen kerjasama dengan perguruan tinggi, kominfo siapkan anggarannya, bahkan nanti pesertanya itu diberi uang diberi uang transportasi sama kominfo agar kita itu betul-betul fokus. Hanya memang tahun depan itu hanya 20 ribu. 

Tahun ini yang 1.000 orang pun tadi sudah sampaikan peminat itu 46 ribu lebih, tapi yang bisa ikut tes cuman 21 ribu karena apa? Alasan usia, alasan latar belakang, macam-macam lah. Dari 21 ribu kita cuma ambil 1 ribu. Minatnya banyak dan sebetulnya di Indonesia itu banyak. Hanya tinggal bagaimana kita mendorong lebih baik.
 
Ini tidak, tidak mudah karena dinamikanya luar biasa. Contoh ya kita mempunyai peta Jalan sebetulnya yang meng-adress ke-7 major isues. Nomor satu adalah mengenai talent yang saya sudah sampaikan. Nomor dua bagaimana kita mendanai startup. Makanya kalo udah start up series C mungkin atau di atasnya, mau kita cari jadikan unicorn Indonesia. 

Rudiantara Bicara Soal Data Center, Merger Telko Hingga BoltFoto: Aristya Rahadian Krisabella

Pemerintah, kominfo beserta ekosistem mau buat program namanya next Indonesia's unicorn. Terus ketiga perpajakan. How I going to tax this digital economy. Ini mau insentif, disinsentif atau apa? Karena orang kan melihatnya pajak harus fair. Saya kena pajak kok dia ga kena pajak? Dan ini memang bahkan di negara-negara G-20 pun masih belum menetapkan bagaimana model yang pasti mengenai perpajakan ini. Teman-teman kementerian keuangan yang otoritas fiskal sedang membahas ini terus-menerus. 

Yang keempat adalah Consumer Education and Protection. Bagaimana kalau misalkan kita beli ponsel gitu ya, kan kotaknya sama, dipastikan bahwa yang diterima itu ponsel bukan sabun, kotak sabun misal kan. Itu kan juga billingnya benar atau tidak. Nah ini consumer protection, education juga. Apalagi kita sekarang mengenai ada tawaran-tawaran ilegal, fintech atau apa, bagaimana pemerintah cepat meng-adress itu. 

Bagaimana kominfo menutup akun-akun, take down akun ataupun situsnya di blog-blog. Itu yang kelima itu logistic. Itu penting. Keenam ini infrastruktur i-city yang Palapa ring ini salah satunya. Ke-7 ada server security. Itu 7 ekosistem harus diatas.
 
TKDN 30%?
 
Sekarang sih targetnya sebetulnya tahun 2019 itu ada ponsel 4G yang dibawah sejuta harganya. Sekarang kita tidak nunggu 2019, di 2018 udah ada, itu satu. Kedua itu juga Apple saja Apple itu bilang nggak bisa ini kebijakan TKDN diberlakukan. Kita kan bisnis bisa dalam bentuk hard ware bisa bentuk software kita pasti menang banyak orang.
 
Bisa tingkatkan lebih dari 30%?
 
Lihat pelan-pelan karena kita kan harus lihat WTO dan lain sebagainya. Ini kan seolah-olah saya itu taktiknya saya curi waktu sebelum jadi ini ambil dulu... cari momennya atau dalam bentuk komite investasi di Indonesia. Nah Apple sendiri dia punya semacam Akademi untuk pengembangan di luar Amerika. Apple itu cuman punya di Brazil, Indonesia dan India. Itu salah satu kebijakan TKDN kita.




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular