Didiet Maulana dan Sentuhan Tenun di Cangkir Kopi

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
16 May 2018 11:08
Didiet Maulana terus mempromosikan kain nusantara. Mulai dari merancang baju renang bermotif tenun, hingga memberikan sentuhan tenun lokal di kedai kopi global.
Foto: Lynda Hasibuan
Jakarta, CNBC Indonesia- Segala cara dilakukan oleh Didiet Maulana untuk terus mempromosikan kain nusantara. Mulai dari merancang baju renang bermotif tenun, hingga memberikan sentuhan tenun lokal di kedai kopi global.

Kali ini, Didiet memilih motif tenun cepuk dari Bali untuk dikolaborasikan bersama brand kopi ternama dunia, Starbucks. Cepuk Bali akan dijumpai di serangkaian produk Starbucks seperti tas, cup sleeve, boneka, tumbler, pouch dan pajangan.



Anthony Cottan, Direktur Starbucks Indonesia mengatakan memilih IKAT Indonesia by Didiet Maulana sebagai dukungan promosi budaya lokal.

"Kolaborasi ini juga untuk menginspirasi masyarakat luas khususnya generasi muda agar lebih dekat dengan kearifan lokal. Serta mengapresiasi motif kain lokal yakni tenun ikat," kata Anthony.

Soal harga, Starbucks membanderolnya mulai dari Rp 75 ribu hingga Rp 305 ribu. "Starbucks Indonesia ingin sekali terlihat seperti warung kopi di Indonesia, tetapi tidak meninggalkan standarisasi starbucks dunia."

Didiet pun bercerita soal semangatnya mengenalkan batuk dan tenun ke dunia. Bermula sejak 7 tahun lalu, ketika publik ribut soal kain asal nusantara yang diklaim negara tetangga.

Tepat 29 Juli 2011, akhirnya Didiet mendirikan IKAT Indonesia. Lewat produknya ini, Didiet ingin mengenalkan warisan budaya dengan gaya edgy yang bisa diterima kalangan muda.

"Iya lahirnya IKAT Indonesia itu berawal dari kegaduhan masyarakat yang khawatir Batik diakui Malaysia padahal sebelumnya enggak terlalu aware ketika seperti ini baru ribut. Nah saya berpikir gimana caranya agar masyarakat suka memakai kain jadi saya ciptakan ini," ujar Didiet Maulana kepada CNBC Indonesia.

Tujuh tahun berjalan, perlahan tapi pasti Didiet sukses merangkul keinginan kaum urban untuk kembali memakai kain. Ini ditambah pula dengan pengalamannya yang pernah bekerja di dunia retail fesyen sehingga sudah mengetahui langkah dan porsi di perputaran bisnisnya. 
(gus/gus) Next Article Ketika Starbucks Tersaingi Kedai Kopi Lokal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular