
Special Interview
Hanya Tiga Startup Besar yang Bertahan di Industri Digital
Shuliya Ratanavara & Roy Franedya, CNBC Indonesia
07 February 2018 09:49

Startup unicorn banyak masuk investor-investor asing. Terutama dari China. Apakah ini karena investor domestik tak punya dana besar?
Investor Indonesia banyak yang punya duit. Tetapi di Indonesia lahan investasi masih banyak. Masih bisa beli tahan, buat perkebunan, pertambangan dan banyak lagi.
Para investor lokal bellum paham tentag teknologi. Masih belajar. China sudah belajar pengembangan teknologi sejak 20 tahun silam, Amerika lebih lama lagi 30 tahun sebelumnya. Indonesia baru lima tahun terakhir jadi wajar perkembangan suntikan investor lambat.
Masalah lainnya, soal insentif. Singapura dan Malaysia banyak memberikan insentif untuk investor yang masuk ke teknologi karena dianggap membangun industri baru. Indonesia belum ada.
Investor Indonesia punya banyak uang, mereka bahkan investasi di luar negeri seperti di facebook, Apple dan lainnya. Indonesia belum beri keringan pajak capital gain sehingga mikir naruh duit di Indonesia lebih baik di tempat lain.
Ini yang harus mulai dipikirkan pemerintah. Kalau tidak sayang sekali karena nanti aset kita jadi punya orang lain. Ketika valuasi masih murah dibeli China tetapi ketika ingin dibeli lagi sudah mahal.
Di bursa sedang dibahas start-up e-commerce yang mau penawaran saham perdana (IPO), ini hal baik atau buruk bagi modal ventura?
IPO itu kan cara lain lagi untuk mendapatkan dana karena ada perusahaan besar sehingga mereka butuh dana lebih besar lagi. Awalnya dari angel investor dulu: dari teman, keluarga, orang tua, kedua seed capital dari venture capital yang kecil-kecil, abis itu baru ke venture capital yang agak besar.
Investor Indonesia banyak yang punya duit. Tetapi di Indonesia lahan investasi masih banyak. Masih bisa beli tahan, buat perkebunan, pertambangan dan banyak lagi.
Para investor lokal bellum paham tentag teknologi. Masih belajar. China sudah belajar pengembangan teknologi sejak 20 tahun silam, Amerika lebih lama lagi 30 tahun sebelumnya. Indonesia baru lima tahun terakhir jadi wajar perkembangan suntikan investor lambat.
Investor Indonesia punya banyak uang, mereka bahkan investasi di luar negeri seperti di facebook, Apple dan lainnya. Indonesia belum beri keringan pajak capital gain sehingga mikir naruh duit di Indonesia lebih baik di tempat lain.
Ini yang harus mulai dipikirkan pemerintah. Kalau tidak sayang sekali karena nanti aset kita jadi punya orang lain. Ketika valuasi masih murah dibeli China tetapi ketika ingin dibeli lagi sudah mahal.
Di bursa sedang dibahas start-up e-commerce yang mau penawaran saham perdana (IPO), ini hal baik atau buruk bagi modal ventura?
IPO itu kan cara lain lagi untuk mendapatkan dana karena ada perusahaan besar sehingga mereka butuh dana lebih besar lagi. Awalnya dari angel investor dulu: dari teman, keluarga, orang tua, kedua seed capital dari venture capital yang kecil-kecil, abis itu baru ke venture capital yang agak besar.
Nanti kalau sudah lebih besar seperti Gojek dan kawan-kawan dari private equity. Mau lebih besar lagi uangnya dari mana. Kenapa? Karena kalau dia sudah IPO dia sudah ada sekuritas yang bisa beli dengan gampang. Sehingga dana yang didapatkan bisa lebih besar lagi. Itu memang langkah-langkah yang natural.
Tapi apakah akan mengancam pendanaan dari modal ventura?
Tidak masalah karena yang kita kasih bukan cuma uang, kalau IPO kan uang aja selesai. Kalau yang sudah siap mau langsung ke sana ya silakan, tapi kalau yang belum siap kan bisa mendapatkan dulu pendanaan dari kita untuk mereka bisa IPO.
Berapa lama idealnya perusahaan start-up untuk bisa dimonetasi?
Tergantung. Amazon 20 tahun tidak untung, tiba-tiba sekarang untung besar sekali. Bahkan dia mengalahkan Walmart dan sebagainya. Sebelumnya dia bangun terus.
(roy/roy)
Tapi apakah akan mengancam pendanaan dari modal ventura?
Tidak masalah karena yang kita kasih bukan cuma uang, kalau IPO kan uang aja selesai. Kalau yang sudah siap mau langsung ke sana ya silakan, tapi kalau yang belum siap kan bisa mendapatkan dulu pendanaan dari kita untuk mereka bisa IPO.
Berapa lama idealnya perusahaan start-up untuk bisa dimonetasi?
Tergantung. Amazon 20 tahun tidak untung, tiba-tiba sekarang untung besar sekali. Bahkan dia mengalahkan Walmart dan sebagainya. Sebelumnya dia bangun terus.
Sudah jual buku sukses, jual baju, jual barang elektronik, jual video streaming, macam-macamlah yang dibuat Amazon. Akhirnya sekarang manajemen pikir sudah saat membukukan keuntungan.
Di Indonesia baru mulai. Sekarang baru 2%-3% orang belanja online. Bisa naik 10 kali lipat. Ini baru 10% dari kapasitasnya jadi ya mereka bangun terus.
Mengenai valuasi perusahaan, apa yang dihitung dari startup?
Perusahaan konvensional dilihat dari aset yang dimiliki. Perusahaan startup tak punya aset. Contohnya, Airbnb.co.id tak punya hotel tetapi dia punya jaringan hotel terbesar di dunia. Kenapa? Karena pikir tak butuh punya hotel teapi bisa dapat pendapatan (revenue).
Menghitung valuasi itu beragam. Kebanyakan potensi pendapatan di masa mendatang. Atau prospek bisnis startup tersebut ketika sudah menjadi besar dan menguasai pasar.
Kalau valuasi dan nilai-nilai saham hitungannya masih murah atau sudah kemahalan?
Jadi sebaiknya awal-awal orang Indonesia masuk, nanti bila sudah besar bolehlah asing masuk. Tapi yang lokal sudah dapat benefit dulu.
Dengan kondisi yang sekarang, Apakah kedepan akan ada seleksi alam dimana hanya ada beberapa startup besar yang bertahan?
Bisa iya dan tidak. Iya karena startup itu sama kayak perusahaan biasa. Okay, yang besar ada Carrefour, Hypermart, dan sebagainya. Yang besar itu yang akan bertahan karena itu top of mind.
Tapi kalau konvensional selain itu masih ada pertimbangan jarak, tempat parkirnya enak atau tidak atau bagaimana. Tapi kalau internet tidak seperti itu, pilihannya menjadi setara dan sama aja. Sehingga orang gampang berpindah dari satu e-commerce ke e-commerce yang lain. Sehingga yang paling kuat yang bertahan. Misalnya kita sedang-sedang aja, kita salah dikit aja orang pindah.
Kalau konvensional kita dibatasi pilihan toko fisik berdasarkan jarak misalnya. Sementara kalau internet itu yang satu mahal dikit kita pindah. Terlalu mudah kita pindah karena cost to chain besar banget jadi cuma tiga besar yang bertahan. Biasanya kayak gitu. jadi kalau kita bikin besar-besar banget mending bikin yang lain deh. Bidangnya masih banyak banget. Orang itu lebih memilih yang terbaik di satu bidang.
Di Indonesia baru mulai. Sekarang baru 2%-3% orang belanja online. Bisa naik 10 kali lipat. Ini baru 10% dari kapasitasnya jadi ya mereka bangun terus.
Mengenai valuasi perusahaan, apa yang dihitung dari startup?
Perusahaan konvensional dilihat dari aset yang dimiliki. Perusahaan startup tak punya aset. Contohnya, Airbnb.co.id tak punya hotel tetapi dia punya jaringan hotel terbesar di dunia. Kenapa? Karena pikir tak butuh punya hotel teapi bisa dapat pendapatan (revenue).
Menghitung valuasi itu beragam. Kebanyakan potensi pendapatan di masa mendatang. Atau prospek bisnis startup tersebut ketika sudah menjadi besar dan menguasai pasar.
Kalau valuasi dan nilai-nilai saham hitungannya masih murah atau sudah kemahalan?
Jadi sebaiknya awal-awal orang Indonesia masuk, nanti bila sudah besar bolehlah asing masuk. Tapi yang lokal sudah dapat benefit dulu.
Dengan kondisi yang sekarang, Apakah kedepan akan ada seleksi alam dimana hanya ada beberapa startup besar yang bertahan?
Bisa iya dan tidak. Iya karena startup itu sama kayak perusahaan biasa. Okay, yang besar ada Carrefour, Hypermart, dan sebagainya. Yang besar itu yang akan bertahan karena itu top of mind.
Tapi kalau konvensional selain itu masih ada pertimbangan jarak, tempat parkirnya enak atau tidak atau bagaimana. Tapi kalau internet tidak seperti itu, pilihannya menjadi setara dan sama aja. Sehingga orang gampang berpindah dari satu e-commerce ke e-commerce yang lain. Sehingga yang paling kuat yang bertahan. Misalnya kita sedang-sedang aja, kita salah dikit aja orang pindah.
Kalau konvensional kita dibatasi pilihan toko fisik berdasarkan jarak misalnya. Sementara kalau internet itu yang satu mahal dikit kita pindah. Terlalu mudah kita pindah karena cost to chain besar banget jadi cuma tiga besar yang bertahan. Biasanya kayak gitu. jadi kalau kita bikin besar-besar banget mending bikin yang lain deh. Bidangnya masih banyak banget. Orang itu lebih memilih yang terbaik di satu bidang.
Next Page
Incar Fintech dan Logistik
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular