Ilmuwan Temukan Sumber Bencana Mematikan, Mamalia Terancam

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
Rabu, 24/12/2025 11:35 WIB
Foto: Gunung es hitam (via media sosial fecebook)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ilmuwan mengungkap temuan mengkhawatirkan terkait kesehatan mamalia laut di kawasan Arktik. Sebuah virus mematikan ditemukan dalam embusan napas paus dan diduga menjadi penyebab kematian massal.

Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi drone untuk mengambil sampel tetesan udara dari embusan napas paus atau dikenal sebagai blow saat hewan tersebut muncul ke permukaan laut.

Hasil analisis laboratorium menunjukkan keberadaan cetacean morbillivirus, virus yang sangat menular dan telah lama dikaitkan dengan peristiwa terdampar massal paus dan lumba-lumba di berbagai belahan dunia.


Virus ini diketahui mampu menular antarspesies dan menimbulkan ancaman serius bagi populasi mamalia laut.

Studi yang melibatkan King's College London dan The Royal (Dick) School of Veterinary Studies di Edinburgh ini mengumpulkan sampel dari paus bungkuk, paus sperma, dan paus sirip di kawasan Atlantik Utara selama periode 2016 hingga 2025. Selain sampel napas, peneliti juga mengambil biopsi kulit dan satu sampel organ untuk pemeriksaan lanjutan.

"Pengambilan sampel embusan napas menggunakan drone adalah sebuah terobosan besar. Metode ini memungkinkan kami memantau patogen pada paus hidup tanpa menimbulkan stres atau bahaya, serta memberikan wawasan penting tentang penyakit di ekosistem Arktik yang berubah dengan cepat," ujar salah satu penulis studi, Profesor Terry Dawson dari Departemen Geografi King's College London, dikutip dari The Independent, Rabu (24/12/2025).

Virus tersebut terdeteksi pada kelompok paus bungkuk di Norwegia utara, seekor paus sperma dengan kondisi kesehatan yang memburuk, serta seekor paus pilot yang terdampar.

Cetacean morbillivirus diketahui menyebabkan kerusakan serius pada sistem pernapasan, saraf, dan kekebalan tubuh, serta telah memicu berbagai kejadian kematian massal sejak pertama kali diidentifikasi pada 1987.

Para peneliti juga menyoroti risiko meningkatnya wabah penyakit saat musim dingin, ketika paus berkumpul dalam jumlah besar untuk mencari makan dan berinteraksi dekat dengan burung laut maupun manusia.

Selain virus tersebut, tim peneliti menemukan keberadaan virus herpes pada paus bungkuk di perairan Norwegia, Islandia, dan Cape Verde. Namun, tidak ditemukan jejak virus flu burung maupun bakteri Brucella.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal BMC Veterinary Research ini diharapkan dapat membantu para pengamat mendeteksi ancaman mematikan terhadap kehidupan laut sebelum virus tersebut menyebar lebih luas.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tiktok di Amerika Serikat Resmi Diakuisisi!