Kabar Buruk Buat Xi Jinping, Tak Ada Harapan Buat China

Redaksi, CNBC Indonesia
Jumat, 19/12/2025 21:00 WIB
Foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping saat mengadakan pertemuan bilateral di Bandara Internasional Gimhae, di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), di Busan, Korea Selatan, 30 Oktober 2025. REUTERS/Evelyn Hockstein

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Xi Jinping berupaya melepas ketergantungan terhadap teknologi chip buatan Amerika Serikat (AS). Selama beberapa tahun terakhir, China terus menggenjot industri chip domestik supaya tak terguncang menghadapi sanksi ekspor dari AS.

Huawei menjadi salah satu produsen chip andalan di China yang digadang-gadang sebagai 'pengganti' Nvidia asal Amerika Serikat (AS). Reputasi Huawei yang terus menanjak membuat Nvidia cemas.


CEO Nvidia Jensen Huang dalam beberapa kesempatan mewanti-wanti bahwa China hanya tertinggal sedikit dari AS. Jika AS terus-terusan melakukan pembatasan ekspor chip AS ke China, tak menutup kemungkinan Huawei akan makin perkasa dan mendominasi pasar chip global.

China juga selama ini merupakan salah satu klien terbesar Nvidia, sebelum pemerintahan Joe Biden -dan dilanjutkan Trump- melakukan pembatasan ekspor chip bertubi-tubi.

Huang tak tinggal diam menghadapi tekanan geopolitik antara AS dan China. Ia berupaya mendekatkan diri dengan Trump sepanjang 2025.

Akhirnya, Trump luluh dan membuka akses ekspor chip canggih H200 buatan Nvidia ke China pada 8 Desember 2025. Chip H200 merupakan chip tercanggih kedua buatan Nvidia, setelah Blackwell.

Tantangan berlanjut bagi Nvidia karena pemerintahan Xi Jinping makin kencang menyerukan boikot untuk chip AS. Reuters melaporkan beberapa saat lalu bahwa China mewajibkan semua data center yang dibekingi pemerintah untuk menggunakan chip domestik.


China juga meminta perusahaan-perusahaan China untuk berhenti memesan chip Nvidia dan beralih ke chip lokal. Namun, sikap Xi Jinping terkait akses H200 yang dibuka hingga kini masih belum jelas.


Namun, Reuters melaporkan pada pekan lalu bahwa raksasa teknologi China seperti ByteDance dan Alibaba sudah menanyakan ke Nvidia terkait rencana pembelian chip H200.

Perusahaan-perusahaan China dilaporkan bersemangat untuk memesan chip canggih Nvidia dalam jumlah besar jika diberi lampu hijau oleh Beijing, menurut dua sumber Reuters.

Huawei Tak Ada Harapan Lawan Nvidia

Pertanyaan selanjutnya, apakah benar chip Huawei asal China memang sudah berkembang pesat dan bisa menyamai chip Nvidia? Ternyata belum, dan masih jauh tertinggal.

Council on Foreign Realtions membandingkan kinerja chip AI Huawei dan Nvidia berdasarkan data publik yang tersedia dari masing-masing perusahaan. Hasilnya, Huawei ternyata bukan kompetitor Nvidia. Bahkan, chip Huawei disebut makin jauh tertinggal dari Nvidia.

"Roadmap chip AI Nvidia dan Huawei tahun ini menunjukkan ada ketimpangan besar antara performa chip AI AS dan China, dan [ketimpangannya] terus bertumbuh," tertulis dalam laporan Cfr, dikutip Jumat (19/12/2025).

Chip AI buatan AS terbaik saat ini lebih unggul 5 kali lipat ketimbang chip terbaik dari Huawei. Pada 2027 mendatang, ketimpangannya akan lebih lebar menjadi 7 kali lipat.

Salah satu yang paling mengejutkan, menurut roadmap publik Huawei, chip generasi berikut buatan perusahaan di 2026 akan lebih 'lemah' ketimbang chip terbaiknya saat ini.

Hal ini mengindikasikan bahwa SMIC dan perusahaan konstruksi chip China lainnya tergopoh-gopoh untuk memproduksi chip dengan performa tinggi untuk Huawei dalam skala besar.

SMIC masih 'terjebak' dengan teknologi pemrosesan 7nm karena AS dan sekutunya membatasi ekspor alat pembuat chip canggih ke perusahaan China. Hal ini membuat Huawei makin kesulitan mengejar ketertinggalannya.

Strategi Huawei untuk mengimbangi kualitas yang lebih rendah dengan kuantitas yang lebih tinggi juga gagal. Bahkan dengan asumsi yang sangat agresif tentang kapasitas produksi chip AI Huawei, yakni 800.000 chip AI pada 2025, 2 juta chip AI pada 2026, dan 4 juta chip AI pada 2027, tetap saja tidak cukup.

Huawei masih hanya akan memproduksi sekitar 5% dari total daya komputasi AI Nvidia pada tahun 2025, turun menjadi 4% pada tahun 2026 dan 2% pada tahun 2027.

Hampir mustahil bagi Huawei untuk menutup ketimpangan ini. Bahkan peningkatan 100 kali lipat dalam produksi chip AI pada 2027 pun tidak akan membawa Huawei mencapai setengah dari output Nvidia.

Sementara itu, permintaan China akan komputasi AI tumbuh secara eksponensial seiring dengan makin canggihnya model-model tersebut, yang berarti kekurangan chip AI di negara itu akan makin akut dari waktu ke waktu, bukan berkurang.

Keunggulan AS dalam AI dapat terkikis secara signifikan dengan melonggarkan kontrol ekspor pada chip H200. Jika AS mengekspor 3 juta chip H200 ke China pada 2026, hal itu akan memberi China daya komputasi AI yang lebih besar daripada yang dapat diproduksi di dalam negeri hingga paling cepat tahun 2028 atau 2029.

Ini dapat memungkinkan China untuk membangun beberapa data center AI terbesar di dunia, membantu laboratorium AI China untuk mempersempit kesenjangan dengan model-model terkemuka AS, dan akan memungkinkan China membangun data center AI secara global yang bersaing dengan infrastruktur AI AS untuk pertama kalinya.

"Huawei bukanlah ancaman yang membenarkan pelonggaran kontrol, itu adalah bukti bahwa kontrol tersebut berhasil," tulis Cfr.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Nyerah, China Siap Borong Chip Amerika