Tentara Gerebek Markas Penipuan Online, 350 Orang Ditangkap
Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Myanmar menggerebek pusat penipuan online besar di kawasan perbatasan Thailand, Shwe Kokko, dan menangkap hampir 350 warga negara asing.
Langkah ini menjadi bagian dari operasi besar-besaran yang gencar dipublikasikan untuk menindak maraknya kompleks pasar gelap.
Penindakan ini dilakukan di tengah sorotan internasional terkait "pabrik-pabrik penipuan" di perbatasan Myanmar yang rusak akibat perang berkepanjangan.
Kawasan tersebut selama ini menjadi pusat kejahatan terorganisir yang menargetkan pengguna internet dengan penipuan asmara hingga bisnis, dengan nilai kerugian mencapai puluhan miliar dolar setiap tahun.
Selama bertahun-tahun, junta Myanmar dituding membiarkan operasi penipuan tersebut. Namun sejak Februari, mereka mulai melakukan tindakan lebih tegas setelah mendapat tekanan kuat dari China, sekutu militer, yang geram karena banyak warganya terlibat sekaligus menjadi korban dalam jaringan kejahatan ini.
Sejumlah analis menilai penggerebekan yang dilakukan sejak bulan lalu juga bertujuan sebagai propaganda politik. Operasi ini disebut untuk meredam Beijing tanpa mengganggu aliran keuntungan besar yang mengalir ke kelompok-kelompok milisi sekutu junta.
Media pemerintah The Global New Light of Myanmar melaporkan bahwa pasukan militer menyerbu Shwe Kokko pada Selasa pagi. Dalam operasi tersebut, 346 warga negara asing yang sedang diselidiki berhasil ditangkap.
"Nyaris 10.000 ponsel yang digunakan untuk operasi judi online disita," tulis laporan tersebut, dikutip dari AFP, Rabu (19/11/2025).
Junta juga menuding kelompok oposisi bersenjata memberi perlindungan bagi pusat-pusat penipuan tersebut. Namun mereka mengklaim kini dapat bertindak setelah merebut kembali sebagian wilayah dari kelompok pemberontak.
Shwe Kokko sudah lama dikaitkan dengan She Zhijiang, pria berkewarganegaraan China-Kamboja yang dituduh sebagai gembong kriminal internasional.
Ia ditangkap di Thailand pada 2022 dan baru diekstradisi ke China pekan lalu atas dugaan keterlibatan dalam operasi perjudian dan penipuan online.
Menurut pemerintah AS, She mengubah sebuah desa kecil di perbatasan Myanmar-Thailand menjadi pusat kejahatan berskala global, lengkap dengan kasino ilegal, prostitusi, perdagangan narkoba, dan jaringan penipuan internasional. Ia dan perusahaannya, Yatai, sebelumnya telah dijatuhi sanksi oleh Inggris dan Amerika Serikat.
Penggerebekan Shwe Kokko bukan yang pertama. Pada Oktober lalu, junta juga menyerbu pusat penipuan KK Park dan mengklaim tengah merobohkan lebih dari 600 bangunan di sana.
Sejak awal tahun, Myanmar menyebut telah memulangkan sekitar 7.000 tersangka penipu, sementara Thailand memperketat blokir internet lintas batas untuk menahan operasional jaringan kriminal tersebut.
Menurut laporan PBB, kerugian korban penipuan di Asia Tenggara dan Asia Timur mencapai US$37 miliar pada 2023. PBB memperkirakan kerugian global bisa jauh lebih besar karena sebagian besar.
(fab/fab)