Kisah Kodak Bangkrut Gara-gara Bos Tak Dengar Saran Bawahan

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Rabu, 27/08/2025 17:00 WIB
Foto: Stan Kodak di Las Vegas Convention Center. (Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri Kodak, George Eastmen, menemukan inovasi yang mengubah dunia fotografi pada 1888 silam. Ia berhasil menemukan kamera modern yang menjadikan nama Kodak sebagai 'raja' kamera dunia. 

Namun, kejayaan Kodak harus berhenti pada 2013. Alasannya sederhana: para bos takut akan perubahan dan gagal melihat tantangan zaman.

Berikut perjalanan awal mula penemuan Eastman, ketenaran Kodak hingga terhenti pada 2013, sebagaimana dirangkum oleh Tim Riset CNBC Indonesia.


Awal Mula Penemuan Eastman

Zaman dahulu, kamera masih berukuran besar yang ukurannya seperti microwave. Untuk mengambil visual, seseorang perlu membawa tripod besar, plat kaca, dan berbagai zat kimia. Tentu kegiatan fotografi zaman dulu super ribet dan tak praktis seperti sekarang.

Namun, bagi pecinta fotografi itu semua bukan halangan. Setidaknya itulah yang ada di pikiran George Eastman saat liburan ke Dominika pada 1878. Dia membawa semua peralatan fotografi dengan biaya menembus ratusan dolar.

Sebagaimana dipaparkan Elizabeth Brayer dalam George Eastman: A Biography (2006), saat itu Eastman sadar hobinya sangat mahal, sehingga dia memutuskan putar otak supaya sedikit keluar uang. Kebetulan tak lama terbit jurnal ilmiah terkait formula kimia untuk menghasilkan satu gambar dari kamera.

Eastman kemudian membaca jurnal ilmiah tersebut secara saksama dan mempraktikannya agar lebih sempurna. Prosesnya memakan waktu 3 tahun.

Selama itu tak terhitung berapa kali dia gagal. Yang pasti setelah ratusan kali mencoba, Eastman berhasil membuat pelat kering dalam fotografi yang membuat orang tak lagi repot-repot membawa bahan kimia

Plat kering itulah yang kemudian dipatenkan dan membuat pegawai bank itu terjun ke bisnis fotografi di bawah bendera Eastman Dry Plate Company pada 1881. Tujuh tahun kemudian, dia bersama William Hall Walker melahirkan kamera analog modern bernama Kodak.

Gara-gara Kodak, orang-orang tak lagi susah payah membawa peralatan fotografi yang besar. Hanya perlu memakai kamera segenggaman tangan, orang bisa mudah mengambil gambar. Entah profesional atau amatir.

Tak heran, setelahnya nama Kodak dan Eastman melambung tinggi. Berkat pabrikan ini pula dunia mengenal gambar warna-warni. Sejarah fotografi dunia tak bisa lepas dari Kodak.

Penyebab Raja Kamera Bangkrut

Sayang, Kodak yang dikenal pandai berinovasi berakhir bangkrut pada 2013. Alasannya seperti yang sudah disebut: takut akan perubahan dan gagal melihat tantangan zaman.

Kejadian ini bermula pada 1970-an. Insinyur Kodak, Steve Sasson, menemukan kamera digital, yang kini jadi kelaziman. Mengutip WE Forum, penemuan itu sebenarnya bisa membuat Kodak melangkah lebih jauh. Sayang, para pimpinan punya pikiran kolot. Tak paham kalau dunia fotografi tak pernah usai berinovasi.

"Itu bagus, tapi jangan kasih tahu ke siapapun," ucap Sasson menirukan jawaban para bosnya, kepada New York Times saat itu.

Pimpinan menganggap temuan Sasson punya banyak kelemahan. Sebut saja seperti pemprosesan yang lama, resolusi rendah hingga bobot kamera yang besar. Bisa saja terwujud di tahun 1970-an, tapi itu sama saja membunuh eksistensi Kodak sebagai penghasil kamera analog. Jika dibiarkan, perusahaan bisa bangkrut.

Alhasil, mimpi lahirnya kamera digital dari Kodak terkubur. Akan tetapi, 2-3 dekade kemudian dunia fotografi berputar cepat. Kamera digital yang diremehkan muncul mengalahkan kamera analog. Pada titik ini, Kodak sudah kehilangan start sebab kamera digital sudah diciptakan pabrikan lagi.

Upaya mewujudkan inovasi baru sudah gagal. Akibatnya, kondisi ini menambah parah kesulitan finansial yang menimpa Kodak. Hingga akhirnya, perusahaan legendaris ini bangkrut pada 2013 silam.

Semoga informasi ini menjadi pembelajaran agar kita tidak takut pada inovasi dan terus beradaptasi, sembari mengetahui batasan nurani!

Catatan: Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Transaksi AI Asia Pasifik Diramal Rp520 Triliun, RI Dapat Cuan?