Kehabisan Tempat Simpan Data, Pemilik WhatsApp Bayar Google Rp 163 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Google dilaporkan menandatangani kesepakatan dengan Meta Platforms senilai US$ 10 miliar (Rp 163,5 triliun). Meta, perusahaan pemilik Facebook, Instagram, dan WhatsApp membayar ratusan triliun rupiah untuk menggunakan layanan cloud milik Google.
Narasumber Reuters menyatakan Meta akan menggunakan berbagai layanan Google Cloud seperti server, kapasitas penyimpanan, dan jaringan.
Kabar kesepakatan antara dua raksasa teknologi ini muncul setelah CEO Meta Mark Zuckerberg mengumumkan rencana investasi ratusan miliar dolar untuk membangun rentetan data center raksasa untuk AI.
Pada Juni, Reuters melaporkan bahwa OpenAI juga berminat menggunakan Google Cloud untuk memenuhi permintaan kapasitas komputasi perusahaan.
Meta mencari mitra eksternal untuk mendanai pembangunan infrastruktur besar-besaran mereka. Infrastruktur tersebut dibutuhkan untuk menunjang pengembangan teknologi dan layanan Meta. Bahkan, Meta sempat menjual aset data center senilai US$ 2 miliar untuk mencari dana tambahan.
Saking buru-burunya membangun infrastruktur AI, Meta dikabarkan membangun data center di dalam tenda. Modul tenda pre-fabrikasi dirancang untuk memastikan data center tambahan bisa beroperasi secepat mungkin.
"Semua orang ini membangun data center secepat mungkin dalam perlombaan mencapai AGI. Karena keterbatasan daya listrik, kapasitas data center, dan pekerja konstruksi, Meta mulai membangun data center di dalam tenda," kata CEO SemiAnalysis, Dylan Patel.
AGI atau artificial general intelligence adalah istilah untuk model AI yang mampu mengimbangi kecerdasan manusia.
Zuckerberg memberikan pernyataan yang bisa mengkonfirmasi pernyataan Patel. Dalam unggahan di Facebook, Zuckerberg menyatakan,"Meta bakal menjadi yang pertama mendirikan 1 GW+ klastersuper online."
Proyek konstruksi data center Meta adalah bagian dari ambisi Meta menciptakan "kecerdasan super" dengan nilai investasi mencapai ratusan miliar dolar AS.
Jurus Meta serupa dengan aksi Elon Musk yang pernah mendirikan pabrik Tesla di dalam tenda pada 2023. Saat itu, Tesla membutuhkan tambahan kapasitas untuk memenuhi permintaan atas Tesla Model 3 yang menumpuk.
(dem/dem)