Enggak Nyangka, Jualan Labubu Raup Rp 16,27 Triliun Setahun
Jakarta, CNBC Indonesia - Pop Mart, memproyeksikan pendapatan penjualan Labubu melampaui US$ 1 miliar atau naik 8 kali lipat.
Berdasarkan laporan Tech Crunch, Pop Mart melaporkan pendapatan US$ 670 juta pada paruh pertama 2025. Capaian tersebut membuat perusahaan optimistis bisa membukukan pendapatan lebih dari US$ 1 miliar sepanjang 2025.
Pendapatan Pop Mart jauh lebih tinggi dibanding perusahaan mainan global yang berbasis di Amerika Serikat, Mattel. Mattel adalah perusahaan pemilik Barbie dan Hot Wheels.
Pop Mart sendiri telah berdiri selama 15 tahun dan sahamnya diperdagangkan di bursa. Namun, strategi Pop Mart lewat peluncuran Labubu membuat perusahaan asal China tersebut dilirik oleh modal ventura (VC) yang biasanya fokus berinvestasi di startup teknologi.
Labubu dijual dalam format "blind box" sehingga pembeli tidak tahu desain atau kategori mainan yang mereka dapatkan. Harga setiap boks berkisar antara US$ 10 hingga US$ 20 (Rp 163 ribu - Rp 325 ribu).
Popularitas Labubu meledak setelah Lisa, anggota Blackpink, mengaku terobsesi dengan boneka berbentuk "monster imut" tersebut. Kemudian, Labubu terlihat digunakan oleh selebritas lain untuk menghiasi tas tangan mereka.
Manajemen Pop Mart menyatakan perusahaan berencana memperluas bisnis mereka ke wilayah Timur Tengah, Eropa Tengah, dan Amerika Selatan. Tahun ini, penjualan Pop Mart di luar China ditargetkan setara dengan penjualan di China.
"Saya rasa pasar luar negeri masih sangat positif, dan kami percaya masih banyak ruang untuk tumbuh," kata CEO Pop Mart, Wang Ning.
Di AS, Pop Mart memiliki 40 toko. Pop Mart berencana membangun 10 toko lagi sampai akhir 2025. Pop Mart berencana meluncurkan Labubu versi kecil yang bisa dijadikan aksesori HP.
Perusahaan yang bermarkas di Beijing tersebut juga punya rencana untuk memanfaatkan HAKI milik mereka untuk memproduksi film animasi hingga taman hiburan.
(dem/dem)