Kisah Mantan Polisi Panen Uang Rp 195 Miliar Gara-Gara Mesin ATM

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Selasa, 12/08/2025 18:30 WIB
Foto: Ilustrasi ATM (Image by Sebastian Ganso from Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang pria bernama Paul Alex memilih untuk keluar dari pekerjaannya sebagai polisi. Namun pilihannya ternyata benar, karena dia bisa meraup banyak uang dari bisnis barunya.

Pada awalnya, Alex bertugas di San Fransisco, Amerika Serikat (AS). Tercatat juga pernah menjadi detektif di Satuan Tugas Narkotika sebelum akhirnya bergabung di Unit Korban Khusus.

Gajinya sebagai polisi cukup banyak. Pada 2020 tercatat dia mendapatkan US$133 ribu (Rp 2,1 miliar) per tahun serta bonus dan benefit lainnya bisa mengantongi hingga US$272 ribu (Rp 4,4 miliar).

Namun stabilitas keuangan itu tak membuatnya senang. Karena Alex kehilangan keseimbangan hidup antara personal dan kehidupan pekerjaannya.

Akhirnya dia berhenti mengambil lembur dengan konsekuensi pendapatannya jauh berkurang. Dia berpikir untuk berinvestasi memiliki aset bergerak.

Rencana itu agar dia bisa keluar dari jebakan gaji bulanan. Salah satu yang terpikir adalah berinvestasi pada properti, namun tak dijalankan karena butuh modal yang besar.

Mulai Bisnis ATM

Kemudian seorang temannya memberi ide untuk mencari tahu soal bisnis mesin ATM. Alex mendalaminya dengan bergabung di grup media sosial, menonton YouTube, hingga membaca informasi soal bisnis itu.

Dia tertarik karena modal yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Untuk membangun ATM memerlukan sekitar US$3.000 (Rp 48,9 juta) dan risikonya relatif minim.

Pada 2018 akhirnya dia mulai menjalankan bisnis ATM sebagai pekerjaan sampingan. Saat itu dia mengambil cuti selama 2 minggu mencari lokasi strategis untuk mesin ATMnya.

Salah satu yang disasar adalah area turis dan lokasi padat seperti klub malam, restoran, dan perkantoran. Dia juga menawarkan penempatan mesin ATM kepada pelaku bisnis kecil tanpa biaya tambahan.

"Ketika pertama kali memulai bisnis ini, saya banyak mendapat penolakan. Sangat sulit bagi saya untuk bekerja [sebagai polisi] ketika harus berpikir keras soal bisnis sampingan ini," ia menceritakan.

Awalnya, dia berencana hanya membuka tiga titik mesin ATM saja. Akhirnya dia berhasil mengamankan 6 lokasi, yakni 3 toko minuman keras, 2 salon potong rambut dan 1 salon kecantikan di San Fransisco.

Saat mulai beroperasi, dia menaruh uang di dalamnya sekitar US$2.000-3.000 (Rp 32,6 juta hingga Rp 48,9 juta). Saat itu penghasilan minimun dari 1 mesin ATM sekitar US$200 (Rp 3,2 juta).

Lokasi paling banyak digunakan untuk melakukan transaksi adalah toko minuman keras. Profitnya jauh lebih besar mencapai US$250-500 (Rp 4 juta-Rp 8,1 juta) per bulan per mesin ATM dibandingkan lokasi lain berjumlah US$25-100 (Rp 407 ribu hingga Rp 1,6 juta).

Dia memutuskan hingga dua bulan sebelum mempertahankan lokasi atau relokasi ke wilayah lain. Dari masukkan mentornya di Facebook, dia memutuskan memindahkan tiga mesin ATM di salon kecantikan dan potong rambut ke supermarket dan toko minuman keras.

Keputusannya ternyata benar, dia mengantongi pendapatan jauh lebih besar mencapai US$600 (Rp 9,7 juta) per bulan untuk satu mesin ATM.

Strategi Bisnis ATM

Dari bisnisnya ini, Alex belajar banyak. Misalnya mendaftarkan dua kartu kredit dan menggunakannya untuk membeli lebih banyak mesin.

Pemilihan kartu kredit dilakukan karena tidak ada bunga untuk satu tahun pertama. Dia memiliki waktu mengumpulkan lebih banyak tanpa pengeluaran bunga bulanan.

Selain itu, dia menyadari menempatkan 6 mesin ATM ternyata menarik komisi 30% dari pendapatannya. Berikutnya, Alex memutuskan untuk membeli langsung ke produsen tanpa lewat agen, dengan begitu bisa mendapatkan harga lebih murah sekitar US$1.800-2.200 (Rp 29,3 juta-Rp35,8 juta) per mesin.

Pada 2020, Alex memiliki 30 mesin ATM di seluruh kota dengan keuntungan US$250-1.500 (Rp 24,4 juta) per bulan. Rata-rata semua mesinnya menghasilkan hingga US$9.000-12.000 (Rp 146,7 juta-Rp 195,6 juta).

Hanya berselang tiga tahun setelah bisnis ATM berdiri, dia mengundurkan diri sebagai polisi pada Maret 2021. Selama dua tahun dari Januari 2021 hingga April 2023, penjualan bisnisnya mencapai US$12 juta (Rp 195 miliar) dengan Profit bisnis US$2,5 juta (Rp 40 miliar) dari perusahaan miliknya ATMTogether.

Setelah itu, dia bertemu dengan provider ATM dan melakukan kerja sama untuk menyediakan mesin. Dengan begitu bisa jauh lebih santai saat mengatur bisnisnya.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Hindari Tarif Tinggi, Apple Investasi USD 600 Miliar di AS