Kabur dari China, Banyak yang Pindah ke Tetangga RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan teknologi tak lagi berminat membuka pabrikannya di China. Ini jadi cara mereka untuk menghindari tarif yang ditetapkan pemerintahan Amerika Serikat (AS) serta risiko ketegangan geopolitik.
Beberapa industri diketahui memilih hengkang dari China karena masalah ini. Beberapa negara tercatat jadi tujuan baru untuk perusahaan teknologi bisa melakukan produksi sambil menekan dampak tarif AS.
Salah satunya adalah perusahaan asal Swiss-AS, Logitech. Perusahaan itu memindahkan pabriknya dari China ke beberapa negara, termasuk tetangga Indonesia yakni Malaysia, Vietnam, Thailand, Meksiko, dan Taiwan.
CEO Logitech, Hanneke Faber mengatakan relokasi pabriknya dilakukan untuk mengurangi dampak tarif AS. Produk seperti keyboard dan mouse buatan China terancam dibebankan tarif mencapai 30% oleh pemerintahan Donald Trump.
"Saat ini kami sudah sedikit lebih baik dari 30%. Kami berada di jalur yang tepat," kata Faber, dikutip dari Reuters.
Menurutnya tidak akan ada lonjakan biaya karena relokasi. Bahkan Logitech menaikkan harga sebesar 10% untuk pasar AS sebagai cara untuk penyesuaian tarif baru.
Hal serupa juga terjadi di industri smartphone. India jadi tempat favorit baru setelah beberapa perusahaan memindahkan fasilitas produksinya dari China.
Apple diketahui telah merakit sejumlah model iPhone 16 Pro di negara tersebut. Perusahaan dikabarkan berambisi memproduksi seperempat total iPhone di India.
Data Canalys juga mengungkapkan India menggeser dominasi China sebagai eksportir terbesar ke AS. Jumlahnya mencapai 44% pada kuartal II-2025 atau naik 13% dari tahun lalu, dan jauh lebih tinggi dari ponsel China ke AS hanya 25%.
Sementara itu, produsen alat tambang Bitcoin asal China memiliki AS untuk pabrik baru mereka. Perusahaan yang melakukan hal tersebut seperti Bitmain, Canaan, dan MicroBT.
Kini mereka memilih membangun lini perakitan di AS sebagai cara untuk menghindari tarif baru 20% dari Trump.
(dem/dem)