Jualan Mobil Jeblok, Ini Tanda Tesla Sudah Mau Tumbang
Jakarta, CNBC Indonesia - Tesla sedang mengalami krisis penjualan yang melempem. Selain itu, loyalitas pelanggan yang selama ini menjadi kekuatan utama Tesla juga anjlok tajam. Penyebabnya karena kombinasi strategi bisnis yang stagnan dan kontroversi politik sang CEO Elon Musk.
Hal ini terungkap dalam data firma riset S&P Global Mobility yang dibagikan secara eksklusif kepada Reuters. Data tersebut mengungkapkan penurunan drastis dalam loyalitas pelanggan Tesla.
Pada Juni 2024, loyalitas Tesla berada di puncak dengan 73% rumah tangga pemilik Tesla kembali membeli mobil Tesla untuk kendaraan berikutnya.
Tingkat loyalitas tersebut mulai anjlok pada Juli 2024, tepat setelah Musk menyatakan dukungannya kepada Trump pasca percobaan pembunuhan terhadap kandidat Partai Republik itu di Pennsylvania.
Loyalitas Tesla mencapai titik terendah pada Maret lalu, yaitu 49,9%, sedikit di bawah rata-rata industri. Loyalitas dari pelanggan mulai menurun berbarengan dengan keputusannya mendukung pembentukan Department of Government Efficiency, program pemangkasan anggaran besar-besaran yang membuat ribuan pegawai negeri kehilangan pekerjaan.
Meski sempat sedikit pulih ke 57,4% pada Mei 2025, angka loyalitas tersebut masih tertinggal dari Chevrolet dan Ford, dan hanya setara dengan Toyota, demikian dikutip dari Reuters, Selasa (5/8/2025).
Penurunan loyalitas ini diperparah oleh stagnasi lini produk Tesla. Sejak 2020, Tesla belum merilis model baru yang signifikan. Satu-satunya peluncuran adalah Cybertruck dengan desain aneh, namun penjualannya jauh dari ekspektasi. Di saat yang sama, produsen otomotif lain seperti General Motors, Hyundai, hingga BMW gencar meluncurkan kendaraan listrik baru dengan teknologi dan harga yang kompetitif.
Secara global, penjualan kendaraan Tesla memang menurun. Di AS, penjualan turun 8% dalam lima bulan pertama 2025. Di Eropa, penjualan anjlok 33% pada semester pertama 2025, di tengah meningkatnya penolakan publik terhadap sikap politik Musk.
Analis dari CFRA Research, Garrett Nelson, menyebut waktu keterlibatan politik Musk sebagai "sangat buruk", karena bertepatan dengan meningkatnya persaingan dari produsen EV asal China dan merek otomotif besar lainnya. Menurutnya, masalah utama Tesla kini bukan hanya kehilangan pasar, tapi juga krisis citra yang makin dalam.
Data S&P juga menyoroti aspek lain dari pasar otomotif, merek dan model mana yang berhasil merebut pelanggan dari kompetitor, dan mana yang kehilangan mereka.
(fab/fab)