Bos Indosat Blak-blakan Kesalahan Telko di Masa Lalu, Begini Dampaknya

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
Kamis, 26/06/2025 16:35 WIB
Foto: Presiden Direktur PT Indosat Tbk (ISAT), Vikram Sinha menyampaikan sambutan dalam acara Digital Economic Forum di Jakarta, Selasa (25/2/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kolaborasi menjadi kunci utama dalam menghadapi masa depan industri telekomunikasi yang kini makin erat dengan teknologi kecerdasan buatan (AI).

CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha menekankan bahwa industri telko harus mampu menggabungkan kekuatan konektivitas dengan kecerdasan agar dapat memberikan dampak positif bagi semua pihak.


Menurutnya, pendekatan yang hanya fokus ke internal telah menyebabkan industri telko tertinggal di masa lalu.

"Konektivitas ditambah kecerdasan adalah sebuah game changer. Inilah yang sedang kami coba lakukan di industri telekomunikasi, dan kami melakukannya dengan cara yang berdaulat, yang berdampak positif bagi semua pihak," kata Vikram dalam acara Asia Economic Summit di Jakarta, Kamis (26/6/2025).

Ia mengakui bahwa salah satu kesalahan besar industri terjadi saat ledakan aplikasi di tahun 2007, di mana perusahaan telko terlalu sibuk melihat ke dalam dan akhirnya kehilangan momentum.

"Kesalahan besar industri telko terjadi saat ledakan aplikasi di tahun 2007. Saat itu, kami terlalu sibuk melihat ke dalam, dan akhirnya kehilangan momentum. Saat ini, secara global, 70% perusahaan telko bahkan tidak mampu mengembalikan modal yang mereka investasikan," ujarnya.

Vikram pun menekankan bahwa era saat ini bukan lagi soal bersaing, melainkan berkolaborasi. Ia menyebut sudah menjalin komunikasi dengan pemain telko besar lain seperti Telkomsel, XLSmart.

"Kalau telko tidak sukses, lalu siapa yang akan mengurus konektivitas? Jadi, konektivitas dan kecerdasan harus dijalankan dengan cara yang lebih inovatif dan kolaboratif," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist OpenAI, Ronnie Chatterji, menyoroti pentingnya infrastruktur pendukung untuk merealisasikan konektivitas plus kecerdasan, terutama pusat data yang ditopang oleh GPU, chip memori, dan sumber daya energi yang berkelanjutan.

"Untuk mewujudkan konektivitas plus kecerdasan, kita butuh infrastruktur pusat data yang kuat, mulai dari GPU, chip memori, hingga energi. Untuk itu, inovasi di bidang keberlanjutan sangat penting," ujar Ronnie.

Ia menyebut bahwa saat ini sudah banyak inovasi yang dikembangkan, seperti desain chip hemat energi, sistem pendinginan pusat data, dan pemanfaatan energi terbarukan. AI juga berperan penting dalam mempercepat inovasi ilmiah dan teknis tersebut.

"AI juga bisa membantu para ilmuwan dan insinyur menemukan pola-pola baru dan solusi dalam bidang keberlanjutan," kata dia.

Ronnie juga menyampaikan bahwa OpenAI telah meluncurkan inisiatif global bernama Stargate Project sejak Januari 2025, yang fokus pada investasi pusat data dan infrastruktur AI.

"Kami telah mengumumkan inisiatif Stargate sejak Januari lalu. Dalam beberapa bulan ke depan, Anda akan mendengar lebih banyak tentang bagaimana kami berinvestasi dalam infrastruktur pusat data, baik di Amerika Serikat maupun secara global. Ini akan menjadi strategi global dari OpenAI," ungkap Ronnie.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pemerintah Susun Peta Jalan AI, Potensi Lokal Bakal Terangkat