Sinyal Misterius Muncul dari Bawah Es di Antartika

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
18 June 2025 20:00
Jumlah lapisan es laut yang mengelilingi Benua Antarktika kini sudah berkurang dari sebelumnya. Hal itu ditangkap oleh satelit yang sudah digunakan sejak akhir 1970-an.
Foto: via REUTERS/PNRA

Jakarta, CNBC Indonesia - Sinyal misterius dari dalam lapisan es Antartika kembali bikin penasaran ilmuwan dunia.

Sinyal berupa gelombang radio tersebut tertangkap oleh eksperimen balon udara Antarctic Impulsive Transient Antenna (ANITA) pada 2006 dan 2014. Anehnya, sinyal itu bukan datang dari luar angkasa seperti biasanya, melainkan dari bawah es.

"Gelombangnya sangat curam, sekitar 30 derajat di bawah permukaan es," kata astrofisikawan dari Penn State University, Stephanie Wissel, dikutip dari Science Alert, Rabu (18/6/2025). "Dan hingga kini, kami belum punya penjelasan pasti, tapi kemungkinan besar itu bukan neutrino," imbuhnya.

ANITA padahal dirancang untuk menangkap gelombang dari sinar kosmik yang menghantam atmosfer dari luar angkasa. Namun, sinyal ini justru datang dari arah sebaliknya, memicu spekulasi tentang kemungkinan adanya partikel baru yang belum dikenal sains.

Tim peneliti mencoba mencocokkan data dengan observatorium kosmik lain seperti Pierre Auger Observatory di Argentina. Mereka meneliti data dari 2004 hingga 2018, tapi tak menemukan sinyal sejenis. Itu membuat ilmuwan semakin yakin bahwa penyebab sinyal ini bukanlah neutrino. Namun hingga kini, misteri belum terpecahkan.

ANITA sendiri sudah pensiun sejak penerbangan terakhirnya tahun 2016. Eksperimen penggantinya, bernama Payload for Ultrahigh Energy Observations (PUEO), akan segera mulai beroperasi di Antartika.

"Saya rasa mungkin ada efek propagasi gelombang radio tertentu di dekat es atau cakrawala yang belum kami pahami," ujar Wissel.

"Tapi kami sudah mengeksplorasi berbagai kemungkinan dan belum menemukan jawabannya," sambungnya.

Jadi sampai sekarang, kata dia, ini masih jadi misteri yang belum terpecahkan. Tapi para ilmuwan antusias, karena saat PUEO diterbangkan nanti, sensitivitasnya lebih baik.

"Harapannya, kita bisa mendeteksi lebih banyak anomali, atau bahkan neutrino yang bisa jadi jauh lebih menarik." pungkasnya.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hewan Tertua Dunia Ditemukan di Antartika, Tingginya 1,95 Meter

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular