Asal Usul Asteroid Pembunuh Dinosaurus Akhirnya Terungkap

Redaksi, CNBC Indonesia
19 August 2024 20:20
An aerial view of some freshwater filled sinkholes, known in Spanish as 'cenotes', in the Yucatan peninsula, Mexico, Tuesday, Nov. 30, 2010. During the annual UN Climate Change Conference which is being held in Cancun, Mexico, the World Meteorological Organization said Tuesday the heat waves that killed thousands of people in Europe in 2003 and that choked Russia earlier this year, will appear like an average summer in the future as the Earth continues to warm. (AP Photo/Eduardo Verdugo)
Foto: Ilustrasi Lubang Raksasa di Meksiko (ASSOCIATED PRESS/Eduardo Verdugo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Asal usul asteroid pembunuh dinosaurus yang menubruk Bumi 66 juta tahun lalu berhasil ditemukan. Peneliti menyusun simulasi lintasan asteroid tersebut sejak memasuki Tata Surya sampai menghantam Bumi.

Momen jatuhnya asteroid yang membuat dinosaurus musnah disebut sebagai peristiwa Chicxulub. Asteroid berdiameter 10 kilometer saat itu menghantam area yang kini disebut sebagai Semenanjung Yucatan dan menyisakan kawah raksasa.

Peristiwa Chicxulub adalah satu dari sekian banyak momen "kepunahan" massal di Bumi. Namun, peristiwa di era Cretaceous-Paleogene sekitar 66 juta tahun yang lalu. Saat itu, 76 persen spesies hewan di Bumi punah.

Hantaman asteroid memicu tsunami di seluruh belahan dunia sehingga membunuh semua dinosaurus yang tak bisa terbang. Lenyapnya dinosaurus dari permukaan Bumi memberikan tempat bagi mamalia, termasuk manusia untuk mengisi posisi mereka sebagai penguasa Bumi.

Penelitian oleh tim yang dipimpin oleh Mario Fischer-Godde dari University of Cologne di Jerman berusaha memastikan asal usul asteroid pembunuh dinosaurus tersebut. Caranya dengan memeriksa mineral yang tersisa di lapisan kawah di Yucatan.

Mereka mencari ciri khusus di lapisan kawan kemudian membandingkannya dengan susunan mineral "batuan angkasa" lain yang sudah tercatat.

Di lapisan Crateceous-Palogene, yaitu era kepunahan dinosaurus, ilmuwan menemukan mineral langka seperti iridium, ruthenium, osmium, rhodium, platinum, dan paladium. Mineral ini sangat sulit ditemukan di Bumi, tetapi mudah ditemukan di meteorit.

Tim Fischer-Godde memfokuskan penelitian mereka ke isotop di ruthenium. Isotop adalah variasi jumlah dan susunan neutron di elemen yang sama, sehingga bisa digunakan sebagai ciri asal usul sebuah elemen sejenis. Isotop ruthenium yang ditemukan di Bumi berbeda dengan isotop elemen serupa yang ditemukan di meteorit.

Peneliti melakukan analisis atas ruthenium "asli Bumi" yang diambil dari lima lokasi yang berbeda yaitu di Spanyol, Italia, dan tiga sampel dari Denmark. Kemudian, mereka juga melakukan analisis atas ruthenium dari lokasi jatuhnya meteor dalam 541 juta tahun terakhir, serta lapisan yang berasal dari pecahan dari bebatuan yang hancur di atmosfer. Material lainnya yang dibandingkan adalah ruthenium dari meteorit.

Hasil perbandingan menunjukkan bahwa ruthenium di lapisan Cretaceous-Paleogene bukan berasal dari Bumi.

Isotop material yang diperkirakan berasal dari asteroid pembunuh dinosaurus tersebut konsisten dengan asteroid langka yang disebut sebagai jenis carbonaceous chondrite. Asteroid jenis ini kaya akan karbon dan berasal dari Tata Surya bagian luar (lebih jauh dari orbit Jupiter).

Sampel dari peristiwa tubrukan meteor lain berasal dari asteroid silika, yang ditemukan lebih dekat dengan Matahari. Elemen ini juga banyak ditemukan di Bumi.

Artinya, penelitian tim Fischer-Godde memberikan konfirmasi bahwa batu pembunuh dinosaurus adalah asteroid yang berasal dari luar Tata Surya. Biasanya, asteroid dari luar Tata Surya tidak pernah bisa melewati orbit Jupiter karena terperangkap gravitasi planet raksasa tersebut.

Walaupun berhasil melewati perangkap Jupiter, biasanya asteroid yang masuk berukuran sangat kecil. 


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular