Penipuan Lowongan Kerja Makin Banyak Bobol Rekening, Begini Tandanya

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
08 July 2024 16:10
Flexing di Medsos, Sasaran Empuk Penipu Online Kuras Rekening
Foto: Infografis/ Flexing di Medsos, Sasaran Empuk Penipu Online Kuras Rekening/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Penipuan lowongan kerja makin marak terjadi karena penjahat siber memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mencuri uang dan informasi pribadi pencari kerja yang tidak menaruh curiga.

Menurut data dari laporan Identity Theft Resource Center (ITRC), penipuan lowongan kerja melonjak 118% pada 2023 dari tahun sebelumnya.

Para pelaku umumnya menyamar sebagai perekrut dan memasang iklan pekerjaan palsu untuk menarik pelamar, lalu mencuri informasi berharga selama proses "wawancara".

Sering kali, mereka memasang iklan palsu ini di situs web terkenal seperti LinkedIn dan platform pencarian kerja lainnya, sehingga sulit membedakan kebenarannya.

Bahaya utama dari modus ini adalah bocornya informasi tentang rekening bank atau data pribadi sensitif korban, seperti nomor Jaminan Sosial, yang kemudian dapat digunakan penjahat untuk mencuri identitas pencari kerja.

Menurut Komisi Perdagangan Federal (FTC), konsumen melaporkan total kehilangan hingga US$367 juta (Rp 5,9 miliar) akibat penipuan peluang bisnis dan pekerjaan pada tahun 2022, naik 76% dari tahun ke tahun.

"Korban yang rekeningnya dicuri dengan "jumlah yang sangat besar" adalah US$2.000," kata FTC, dikutip dari NBCWashington, Senin (8/7/2024).

Penipuan pekerjaan bukanlah jenis penipuan yang paling umum. Penipuan ini hanya mencakup 9% dari total penipuan identitas pada tahun 2023, kedua setelah penipuan Google Voice, yang mencapai 60%.

"Namun, penipuan ketenagakerjaan merupakan ancaman yang "muncul"," kata presiden dan CEO ITRC Eva Velasquez.

"Penipuan pekerjaan sudah ada sejak ada lapangan pekerjaan. [Namun] penipuan ini akan terus berkembang karena sejumlah faktor eksternal yang terjadi."

AI dan kerja jarak jauh memicu pertumbuhan penipuan lowongan kerja

Kemajuan AI merupakan salah satu faktornya meningkatnya penipuan lowongan kerja. AI memungkinkan para penipu untuk membuat daftar pekerjaan dan pesan perekrutan yang terlihat asli.

"AI membantu menyempurnakan 'promosi' agar lebih dapat dipercaya serta mengimbangi perbedaan budaya dan tata bahasa dalam penggunaan bahasa," menurut laporan ITRC.

Terlebih lagi, meningkatnya pekerjaan jarak jauh selama era pandemi telah membuat pekerja dan pencari kerja lebih nyaman dengan melakukan proses perekrutan secara online.

Para pencari kerja mungkin tidak akan pernah melihat orang secara langsung selama proses perekrutan atau wawancara palsu.

Mereka mungkin berinteraksi dengan perekrut hanya melalui pesan teks atau WhatsApp, yang merupakan sinyal tanda bahaya.

Lulusan perguruan tinggi baru, imigran, atau orang yang baru memasuki dunia kerja di Amerika Serikat mungkin menganggap perekrutan online seperti itu normal, terutama untuk pekerjaan yang bekerja dari jarak jauh.

"Namun, perekrutan pada umumnya tidak berjalan seperti ini," kata Velasquez.

Penipu biasanya mendesak korban untuk melakukan pembayaran selama proses perekrutan.

Mereka mungkin mengirimkan faktur pembayaran di muka untuk peralatan kerja seperti komputer atau pelatihan kerja. Mereka berjanji untuk mengganti biaya setelah korban diterima, tapi nyatanya itu hanyalah modus penipuan.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Penipu Kuras Rekening di Mana-mana, OJK dan Komdigi Lakukan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular