Tanda Terbaru Kiamat Makin Dekat, Kebakaran Dekat Kutub Utara

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
04 July 2024 12:50
In this Thursday, June 18, 2020, handout photo provided by the Russian Emergency Situations Ministry, workers prepare an area for reservoirs for soil contaminated with fuel at an oil spill outside Norilsk, 2,900 kilometers (1,800 miles) northeast of Moscow, Russia. Russian President Vladimir Putin has ordered his government to fully repair environmental damage from a massive fuel leak in the Arctic. A power plant in the Siberian city of Norilsk leaked 20,000 tons of diesel fuel into the ecologically fragile region when a storage tank collapsed on May 29. (Russian Emergency Situations Ministry via AP)
Foto: Polusi Arktik di Rusia (AP/)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebakaran hutan kembali melanda Arktik, sebuah wilayah di sekitar Kutub Utara Bumi. Menurut laporan pemantau perubahan iklim Uni Eropa, Copernicus, ini menjadi kebakaran besar yang terjadi ketiga kalinya dalam lima tahun terakhir.

Menurut perkiraan dari temuan Copernicus, emisi karbon dari kebakaran hutan sepanjang Juni merupakan yang tertinggi ketiga selama dua dekade terakhir, yaitu sebesar 6,8 mega ton karbon.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Kamis (27/6), Copernicus melaporkan suhu udara yang lebih tinggi dan kondisi yang lebih kering di Sakha, Rusia, menjadikan kondisi ideal untuk kebakaran hutan begitu terjadi percikan api.

Dikutip oleh kantor berita Rusia Tass, Wakil Menteri Ekologi, Pengelolaan dan Kehutanan di wilayah tersebut mengatakan, lebih dari 160 kebakaran hutan berdampak hampir pada 460.000 hektare lahan hingga 24 Juni.

Para ilmuwan khawatir asap dari api akan menghalangi es Arktik untuk memantulkan radiasi matahari, yang berarti daratan dan lautan menyerap lebih banyak panas.

Profesor Gail Whiteman dari Universitas Exeter mengatakan bahwa kawasan Arktik adalah "titik nol perubahan iklim".

"Meningkatnya kebakaran hutan di Siberia merupakan tanda peringatan yang jelas bahwa sistem penting ini sedang mendekati titik kritis iklim yang berbahaya," katanya, dikutip dari BBC, Rabu (3/7/2024).

"Apa yang terjadi di Arktik tidak hanya berhenti di situ saja," tambahnya, seraya menambahkan bahwa kebakaran ini adalah peringatan untuk melakukan tindakan segera.

Prof Guillermo Rein, Profesor Ilmu Kebakaran, Imperial College London, menyebut kebakaran ini sebagai 'monster' perubahan iklim yang makin besar.

"Satu dekade yang lalu, kebakaran hutan di Arktik dianggap sebagai peristiwa langka dan hampir tidak pernah diteliti. Sekarang hal ini terjadi di semua sesi musim panas dan semakin meningkatnya bekas luka bakar," ujarnya.

Ketika perubahan iklim meningkatkan suhu Arktik, kebakaran hutan bergeser ke utara dan membakar hutan boreal dan tundra dan melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca dari tanah organik yang kaya karbon.

Mark Parrington, ilmuwan senior di CAMS, mengatakan kondisi yang menyebabkan terjadinya kebakaran saat ini serupa dengan yang terjadi pada kebakaran tahun 2019 dan 2020.

Pada tahun 2021, kebakaran hutan juga melanda Sakha tetapi intensitasnya tidak sehebat kebakaran tahun 2020 dan 2019.

Di satu sisi, es laut di Arktik telah menyusut dengan cepat sejak tahun 1980an.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banyak Tanda Kiamat Sudah Dekat, Simak 10 Cara Supaya Selamat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular