Tsunami Dahsyat 24 Meter Mengancam AS, Peneliti Ungkap Fakta Ngeri

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
14 June 2024 13:00
A seagull flies over a wave at Fudaihama beach in Fudai, Iwate Prefecture, Japan, March 1, 2018. REUTERS/Kim Kyung-Hoon  SEARCH
Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika diancam gempa bumi dahsyat dan tsunami setinggi 24 meter, dengan titik yang berada di lepas pantai Pasifik.

Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah memperingatkan tentang potensi Zona Subduksi Cascadia, patahan megathrust yang membentang di lepas pantai dari utara Pulau Vancouver hingga Cape Mendocino, California.

Ketika patahan terjadi lagi, maka kejadian gempa bumi yang berpotensi tsunami akan mengubah kehidupan di Oregon, Washington, dan California Utara.

Namun yang menjadi perhatian para ilmuwan adalah munculnya sinyal-sinyal gempa bumi besar dalam sejarah geologi di kawasan tersebut. Peneliti telah mencari petunjuk mengenai "gempa besar" terakhir yakni gempa bumi berkekuatan 8,7 skala Richter pada tahun 1700.

Mereka mengumpulkan sejarah peristiwa tersebut menggunakan catatan tsunami berabad-abad lalu, sejarah lisan penduduk asli Amerika, bukti fisik di hutan yang tenggelam oleh air asin dan peta patahan yang terbatas. Tapi belum ada yang memetakan struktur patahan tersebut secara komprehensi hingga saat ini.

Terbaru, sebuah penelitian diterbitkan di jurnal Science Advances menggambarkan data yang dikumpulkan selama perjalanan penelitian selama 41 hari dari sebuah kapal yang menelusuri sepanjang patahan untuk 'mendengarkan' dasar laut dan mengumpulkan sebuah gambar.

Tim menyelesaikan peta rinci lebih dari 885km zona subduksi, hingga perbatasan Oregon-California.

Mengutip NBCNews, penelitian ini akan memberi para pemodel pandangan yang lebih tajam tentang kemungkinan dampak gempa megathrust di sana, sebuah istilah untuk gempa yang terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik terdorong ke bawah lempeng lainnya.

Hal ini juga akan memberikan para perencana sebuah pandangan yang lebih dekat dan terlokalisasi mengenai risiko-risiko yang menimpa masyarakat di sepanjang pesisir barat laut Pasifik dan dapat membantu membuat standar pembangunan bangunan akibat gempa.

"Ini seperti memakai gelas botol minuman bersoda dan kemudian melepas gelasnya dan Anda mendapatkan resep yang tepat," kata Suzanne Carbotte, penulis utama makalah tersebut dan ahli geofisika kelautan dan profesor riset Lamont-Doherty Earth Observatory Universitas Columbia.

"Sebelumnya kami memiliki tampilan resolusi rendah yang sangat kabur," imbuhnya.

Para ilmuwan menemukan bahwa zona subduksi jauh lebih kompleks daripada yang mereka pahami sebelumnya. Zona ini terbagi menjadi empat segmen yang diyakini para peneliti dapat pecah satu per satu atau secara bersamaan sekaligus.

Segmen-segmen tersebut mempunyai jenis batuan yang berbeda-beda dan karakteristik seismik yang berbeda-beda, yang berarti beberapa segmen mungkin lebih berbahaya dibandingkan segmen lainnya.

Harold Tobin, salah satu penulis makalah ini mengatakan bahwa meskipun data tersebut dapat membantu menyempurnakan proyeksi, hal ini tidak mengubah kenyataan adanya patahan di Pacific Northwest.

"Kita mempunyai potensi terjadinya gempa bumi dan tsunami sebesar yang pernah kita alami di planet ini," kata Tobin, yang juga seorang profesor di Universitas Washington.

"Cascadia tampaknya mampu menghasilkan magnitudo 9 atau sedikit lebih kecil atau lebih besar," imbuhnya.

Gempa sekuat itu dapat menimbulkan guncangan yang berlangsung sekitar lima menit dan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 24 meter. Bencana alam ini akan merusak lebih dari setengah juta bangunan.

Baik Oregon maupun Washington dinilai tidak cukup siap untuk menghadapi kejadian tersebut.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dasar Samudra Pasifik Bocor, Gempa Besar Ancam Manusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular