Anak Kelahiran 2020 Hadapi Krisis Besar, Studi Ungkap Fakta Mengerikan

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
10 June 2025 11:10
In this Friday, April 3, 2020, photo released by Paolo Hospital Samutprakarn, a nurse adjusts tiny face shield for a newborn baby to protect from new coronavirus at the newborn nursery of the hospital in Samutprakarn province, central Thailand. The new coronavirus causes mild or moderate symptoms for most people, but for some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness or death. (Paolo Hospital Samutprakarn via AP)
Foto: Bayi Lahir Saat Pandemi Covid-19 di Thailand (Paolo Hospital Samutprakarn via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Anak-anak yang lahir di tahun 2020 menghadapi masa depan yang jauh lebih berbahaya akibat krisis iklim. Berdasarkan studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature, mereka akan mengalami bencana iklim ekstrem seperti gelombang panas, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan gagal panen dalam frekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa anak-anak yang lahir pada tahun 2020 memiliki kemungkinan 2 hingga 7 kali lipat lebih besar untuk mengalami peristiwa iklim langka, yang sebelumnya hanya terjadi satu kali dalam 10.000 tahun, dibandingkan generasi kelahiran 1960.

Ini terjadi jika dunia tetap pada jalur kebijakan saat ini, yang diproyeksikan akan meningkatkan suhu global sebesar 2,7°C pada tahun 2100. Jika pemanasan terus memburuk hingga 3,5°C, risiko meningkat drastis. Pertama, 92% anak usia lima tahun akan mengalami gelombang panas mematikan. Lalu 29% akan menghadapi gagal panen besar. Dan 14% terancam banjir skala ekstrem

Menurut pimpinan studi, Luke Grant dari Canadian Centre for Climate Modeling and Analysis, ketimpangan generasi ini sangat mencolok.

"Dengan menstabilkan suhu pada 1,5°C di atas era pra-industri, sekitar 52% anak hari ini masih akan terpapar jumlah gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jika mencapai 3,5°C, lebih dari 90% anak akan mengalami paparan ini sepanjang hidup mereka," jelasnya, dikutip dari Live Science, Selasa (3/6/2025).

Tak hanya soal generasi, ketimpangan sosial-ekonomi turut memperburuk dampaknya. Di bawah skenario saat ini, 92% anak dari kelompok berpendapatan rendah akan terpapar risiko seumur hidup, dibanding 79% dari kalangan berpenghasilan lebih tinggi.

Anak-anak di wilayah tropis seperti Sub-Sahara Afrika, Asia Timur, dan Amerika Selatan akan menjadi yang paling terdampak. Studi ini juga menemukan bahwa ketidakadilan iklim lintas generasi berpotensi memperlebar jurang antara kaya dan miskin.

Dalam artikel pendamping di Nature, dua akademisi dari Universitas Bologna, Rosanna Gualdi dan Raya Muttarak, memperingatkan bahwa ketimpangan antar-generasi dalam paparan krisis iklim menjadi semakin nyata. Mereka menyerukan aksi cepat untuk mengurangi emisi, mendorong transisi adil menuju nol emisi, dan menjaga masa depan anak-anak dunia.

"Jika gas rumah kaca terus dilepaskan ke atmosfer dengan laju seperti saat ini, pemanasan global akan semakin meningkat dan anak-anak masa kini akan terpapar pada bahaya iklim yang semakin sering dan parah," tulis mereka.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ilmuwan Temukan Tanda Kiamat Terbaru, Manusia Terancam Punah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular