Blokir Joe Biden Meluas, Ratusan Orang China Diangkut ke AS

Redaksi, CNBC Indonesia
Jumat, 17/05/2024 14:40 WIB
Foto: AP/Alex Brandon

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan China masih terus berlanjut. Keduanya berlomba-lomba untuk menguasai pengembangan sistem kecerdasan buatan (AI) yang digadang-gadang sebagai penentu masa depan manusia.

Pemerintah AS mengupayakan pembatasan chip dan alat pembuat chip canggih ke China untuk menghambat pengembangan AI. Pasalnya, AS khawatir China akan menggunakan AI untuk memperkuat militernya dan mengancam keamanan nasional.


Di sisi lain, hal ini memotivasi China untuk mengembangkan industri chip dan AI secara mandiri. China enggan bergantung pada AS dan menuding negara kekuasaan Joe Biden tersebut berlaku tak adil.

Di tengah ketegangan tersebut, Microsoft menawarkan para karyawannya di divisi komputasi cloud dan AI yang berbasis di China untuk pindah ke AS.

Isu relokasi karyawan Microsoft di China dilaporkan pertama kali oleh Wall Street Journal. Informasinya, kebanyakan karyawan di China yang ditawarkan pindah ke AS adalah engineer.

Tak cuma ke AS, relokasi juga dibuka ke negara-negara lain seperti Irlandia, Australia, dan Selandia Baru, menurut sumber dalam yang identitasnya dirahasiakan.

Salah satu sumber mengatakan Microsoft telah memberikan penawaran relokasi ke sekitar 700-800 karyawan di China yang terlibat pada proyek machine learning dan pekerjaan lainnya terkait komputasi cloud.

Dalam keterangan ke CNBC International, juru bicara Microsoft mengonfirmasi adanya rencana relokasi tersebut.

"Kami memberikan opsi untuk mengambil peluang transfer internal ke beberapa karyawan," kata juru bicara Microsoft, dikutip dari CNBC International, Jumat (17/5/2024).

"Kami tetap berkomitmen ke wilayah [China] dan tetap melanjutkan bisnis di semua pasar tempat kami beroperasi," ia menjelaskan.

Wall Street Journal mengatakan Microsoft memiliki sekitar 7.000 engineer untuk divisi riset dan pengembangan di wilayah Asia Pasifik. Kebanyakan dari karyawan itu berdomisili di China.

Isu relokasi karyawan Microsoft dari China ke AS muncul di tengah masifnya upaya AS mencegah China mengembangkan teknologi AI canggih. Dalam dua tahun terakhir, AS beberapa kali mengeluarkan kebijakan pembatasan ekspor teknologi ke AS.

Terbaru, pemerintahan Joe Biden juga dikabarkan sedang merancang aturan baru untuk membatasi ekspor model AI canggih seperti ChatGPT yang turut dibekingi Microsoft.

Kabarnya, pemerintah AS sedang mengupayakan untuk menyetop perusahaan seperti Microsoft, pemain komputasi cloud dan AI terbesar di AS, untuk menjual atau menawarkan layanan model AI ke negara asing seperti China.

Pada awal tahun ini, Microsoft merilis laporan yang mengungkap hacker asal Rusia, China, dan Iran, telah menggunakan tool dari OpenAI untuk melancarkan aksi serangan siber mereka.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat