Teknologi China Bikin Amerika Ketakutan, Ini Alasannya

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
17 May 2024 13:30
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan Presiden China, Xi Jinping. (X/SpokespersonCHN)
Foto: Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan Presiden China, Xi Jinping. (X/SpokespersonCHN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pejabat AS mengaku khawatir China melakukan penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI). Sementara perwakilan Beijing menegur Washington atas pembatasan dan tekanan terhadap teknologi AI. Hal tersebut disampaikan sehari setelah pertemuan yang membahas soal teknologi tersebut di Jenewa, Swiss.

Dikabarkan bahwa sebuah pertemuan tertutup dilakukan antara utusan tingkat tinggi AS-China, yang membahas tentang risiko-risiko AI dan cara untuk mengelolanya. Ringkasan dari pembicaraan tersebut mengisyaratkan ketegangan antara Beijing dan Washington mengenai kemajuan teknologi yang sudah lama menjadi konflik dalam hubungan bilateral kedua negara.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson mengungkap China dan Amerika Serikat bertukar perspektif mengenai pendekatan mereka terhadap keselamatan dan manajemen risiko AI dalam sebuah diskusi. Beijing mengatakan kedua pihak bertukar pandangan secara mendalam, profesional, dan konstruktif.

Pembicaraan pertama AS-China mengenai AI adalah hasil pertemuan pada November lalu antara Presiden Joe Biden dan Xi Jinping di San Francisco.

"Amerika Serikat menggarisbawahi pentingnya memastikan sistem AI aman, terlindungi, dan dapat dipercaya untuk mewujudkan manfaat AI, dan terus membangun konsensus global atas dasar hal tersebut," kata Watson, dikutip dari APNews, Jumat (17/5/2024).

Watson menambahkan Amerika Serikat juga menyampaikan kekhawatiran atas penyalahgunaan AI, termasuk oleh China. Namun ia tidak merinci jenis penyalahgunaan atau pelaku lain di baliknya.

Sementara itu, Beijing menyatakan sikap tegas terhadap pembatasan dan tekanan AS di bidang kecerdasan buatan terhadap negaranya, tulis pernyataan Departemen Urusan Amerika Utara dan Oseania Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah unggahan di media sosial.

Helen Toner, seorang analis di Pusat Keamanan dan Teknologi Berkembang di Georgetown, mengatakan bahwa keputusan sebenarnya mengenai keberhasilan perundingan ini adalah apakah hasil dari pertemuan tersebut dapat berlanjut di masa depan.

Keberadaan AI sendiri telah memberikan dampak besar terhadap gaya hidup, pekerjaan, pertahanan nasional, budaya, politik, dan banyak lagi.

Beberapa anggota parlemen AS telah menyuarakan kekhawatiran bahwa China dapat mendukung penggunaan deepfake yang dihasilkan oleh AI untuk menyebarkan disinformasi politik. Meskipun, China tidak seperti AS, yang telah memberlakukan serangkaian undang-undang baru yang melarang pemalsuan AI yang manipulatif.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joe Biden Blokir TikTok, Warga AS Kasih Respons Tak Terduga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular