
Tanda Kiamat Makin Cepat Terdeteksi di Udara

Jakarta, CNBC Indonesia - Perubahan drastis iklim yang menyebabkan pemanasan global dan cuaca ekstrem terdeteksi di udara. Sebuah riset menunjukkan bahwa kandungan karbon dioksida atau gas asam arang di udara melonjak.
Lewat analisis atas gas yang terperangkap di es Antartika dalam 50.000 tahun terakhir, peneliti menemukan bahwa dalam penambahan kandungan karbon dioksida terbesar sepanjang yang terdeteksi adalah 14 part per million (ppm). Penambahan itu terjadi 7.000 tahun lalu dalam periode 55 tahun.
Penambahan kandungan karbon dioksida dalam volume setara kini tercapai hanya dalam 5 hingga 6 tahun.
"Belajar soal masa lalu membuat kita melihat perbedaan yang terjadi saat ini. Perubahan kandungan C02 yang terjadi saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya," kata Kathleen Wendt dari Oregon State University. "Penelitian kami mengidentifikasi penambahan CO2 paling cepat yang pernah terjadi secara alami dalam sejarah. Penambahan saat ini, yang dipicu oleh emisi manusia, 10 kali lebih tinggi."
Analisis sebelumnya menunjukkan bahwa ada lonjakan kandungan kabon dioksida pada zaman es, yang terjadi sekitar 10.000 tahun lalu. Periode ini disebut sebagai "Peristiwa Heinrich."
"Peristiwa Heinrich ini sangat menakjubkan. Kami pikir penyebabnya adalah ambruknya lapisan es di Amerika Utara. Kejadian ini memicu reaksi berantai berupa badai tropis, tiupan angin ke arah barat di bagian selatan Bumi, dan letupan CO2 dari samudra," kata Christo Buizert dari Oregon University.
IFLScience menjelaskan tiupan angin di bagian selatan Bumi berdampak terhadap sirkulasi laut dalam. Saat kandungan zat asam arang meningkat, tipuan angin makin kencang. Tiupan yang makin kencang ini kemudian memicu pelepasan CO2 di Samudra Selatan.
Para peneliti menyatakan peristiwa di masa lalu ini adalah kabar buruk buat masa depan manusia.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa salah satu dampak dari "kiamat" krisis iklim adalah angin ke arah barat yang makin kencang bertiup. Jika sejarah terulang, peran samudra di bagian selatan Bumi sebagai "pemerangkap" karbon dioksida bakal lumpuh.
"Kita mengandalkan Samudra Selatan untuk 'menangkap' karbon dioksida, tetapi tipuan angin selatan yang makin kencang membuat kemampuan ini makin lemah," kata Wendt.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanda Kiamat Makin Dekat Tampak dari Ukuran Ikan di Laut
