
'Neraka Bolong' Makan Korban Baru, Durian Thailand Terancam Kiamat

Jakarta, CNBC Indonesia - Cuaca neraka kini makan korban di negara tetangga RI. Durian Thailand salah satunya.
Gelombang panas yang ganas di Asia Tenggara telah mengakibatkan hasil panen yang lebih kecil dan biaya yang meningkat. Sehingga para petani dan penjual panik karena pemanasan global berdampak buruk pada industri ini.
"Tahun ini adalah krisis," kata petani durian Busaba Nakpipat dikutip AFP, Rabu (8/5/2024).
"Jika cuaca panas terus meningkat di masa depan, maka ini akan berakhir," katanya.
"Petani tidak bisa lagi memproduksi durian."
Di Thailand, musim durian biasanya berlangsung dari bulan Maret hingga Juni. Namun suhu yang melonjak, sekitar 40 derajat Celcius, dan kekeringan yang terjadi setelahnya memperpendek masa panen.
Busaba mengatakan panas menyebabkan durian, yang diurutkan berdasarkan berat dan ukurannya, menjadi lebih cepat matang. Hal ini membuat "raja buah" itu tidak tumbuh hingga ukuran maksimal dan paling berharga.
"Kualitas duriannya tidak memenuhi standar," katanya.
Ia pun mengeluh, bukan saja uang yang ia peroleh untuk bercocok tanam berkurang, biaya operasional juga meningkat. Sejak bulan Maret, kekeringan membuat air sumur disedot lebih banyak untuk menjaga agar pohon durian tetap hidup.
"Kami harus membeli 10 truk air untuk 120.000 liter air untuk satu kali mengairi seluruh 1,6 hektar lahan pertanian kami," katanya mengaku telah mengeluarkan biaya ribuan dolar.
"Kami telah berdoa agar turun hujan," katanya.
"Tapi tidak ada hujan."
Ekspor durian Thailand bernilai miliaran. Durian merupakan produk pertanian paling bernilai di kerajaan tersebut setelah beras dan karet.
Sekitar 95% ekspor durian Thaliand ditujukan ke China. Nilai ekonominya hampir US$4,6 miliar (sekitar Rp 23 triliun) pada tahun 2023.
"Cuaca panas berarti jumlah durian akan berkurang. Bahkan tahun ini durian pun berkurang," kata petani lain, Siriwan, 26 tahun.
"Biasanya, kios saya sekarang penuh dengan durian," ujarnya.
"Lebih sedikit durian berarti pendapatan kami berkurang ... jadi akan sulit bagi kami untuk hidup sepanjang tahun."
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2 Tetangga RI Dilanda Cuaca 'Neraka', Suhu Capai Tingkat Berbahaya