Begini Strategi J Trust Bank Dukung Geliat Dunia Usaha

Paulus Yoga, CNBC Indonesia
27 March 2024 14:53
Dok. Bank JTrust Indonesia
Foto: Dok. Bank JTrust Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah optimis perekonomian Indonesia bisa tumbuh 5,2% pada tahun 2024, dengan tingkat inflasi terjaga di level 2,80%. Tahun depan, optimisme pemerintah masih berlanjut dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di rentang 5,3-5,6%. Sedangkan inflasi ditarget ada di kisaran 2,5% plus minus 1%. Sementara untuk dunia usaha, roda perekonomian Indonesia masih bergantung dari pendanaan sektor keuangan.

"Kalau tahun yang lalu tumbuh 5,05%, Pemerintah menargetkan tahun ini kita masih optimis di 5,2%. Bagaimana dengan tahun depan? Mudah-mudahan dengan politiknya makin stabil, kemudian berbagai indikator makro cukup bagus, fundamental makro kita juga kuat, tahun depan kita menargetkan range-nya kira-kira 5,3-5,6%," ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 yang mengusung tema "Year of Optimism" di Ritz Carlton Jakarta Pacific Place, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Kedua indikator tersebut, pertumbuhan ekonomi dan inflasi, mengindikasikan bahwa Pemerintah sangatlah optimis terhadap ekonomi Indonesia di tahun 2024 dan 2025 akan lebih baik. Beberapa strategi besar kebijakan Pemerintah juga telah disiapkan guna memastikan ketahanan ekonomi nasional ke depan.

Selain merevitalisasi mesin konvensional seperti produktivitas, daya saing, hingga infrastruktur, Pemerintah juga ingin membangun mesin pertumbuhan ekonomi baru mulai dari industrialisasi, digitalisasi, hingga transisi energi berkelanjutan. Kemudian juga disiapkan strategi penguatan ketahanan sosial dan pemberdayaan melalui berbagai perlindungan sosial termasuk menjaga daya beli masyarakat miskin dan rentan, pembiayaan mikro, dan padat karya tunai.

Lalu di mana posisi industri keuangan? Sebagai salah satu pendorong mesin perekonomian, sektor perbankan masih tetap diandalkan untuk bisa memberikan permodalan kepada dunia usaha di NKRI. Tidak terkecuali bagi PT Bank J Trust Indonesia Tbk (BCIC) atau J Trust Bank, yang siap memaksimalkan pembiayaan untuk membantu menggerakkan dunia usaha.

Direktur Utama J Trust Bank, Ritsuo Fukadai menyebut, J Trust Bank mengawali tahun 2024 dengan melanjutkan momentum pertumbuhan yang kuat yang didukung oleh permodalan dan likuiditas yang kuat. Perseroan akan terus melakukan ekspansi kredit secara prudent dan meningkatkan simpanan nasabah sebagai sumber pendanaan, sehingga menghasilkan laba untuk periode berjalan.

"Meskipun pada tahun 2024 kondisi perekonomian akan menjadi lebih menantang karena perekonomian global menghadapi tekanan inflasi, kenaikan suku bunga, risiko resesi, dan meningkatnya ketegangan geopolitik, kami memandang pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan akan tetap solid didukung oleh kuatnya permintaan domestik," tutur Fukadai beberapa waktu lalu.

Pada tahun 2024, Perseroan menargetkan pertumbuhan fungsi intermediasi 18,48% dibanding dengan realisasi tahun 2023. Dengan peningkatan kucuran kredit Rp 5,09 triliun, J Trust Bank berharap geliat sektor riil bisa memacu perekonomian nasional. Manajemen Perseroan bahkan tidak menutup kemungkinan kenaikan kredit bisa mencapai 25% apabila tren suku bunga semakin turun.

"Kalau the Fed masih hawkish, artinya suku bunga masih tinggi. Jadi, untuk ekspansi kredit kami akan lebih hati-hati dan selektif. Tapi jika terjadi penurunan suku bunga, kami akan senang karena cost of fund bisa ditekan juga. Jadi pemberian kredit bisa menjadi lebih ekspansif dan optimal," tutur Planning and Performance Division Head J Trust Bank, Rudy Gunawan.

Agar kinerja pembiayaan J Trust Bank bisa semakin maksimal, manajemen menerapkan strategi khusus. Terutama ditujukan untuk menyasar sektor-sektor yang bisa memberikan insentif Giro Wajib Minimum (GWM). Sehingga alokasi dana yang bisa dikucurkan untuk intermediasi semakin besar.

Diketahui Bank Indonesia (BI) telah menerapkan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) terbaru bagi perbankan yang menyalurkan kredit atau pembiayaan secara cepat ke sektor-sektor prioritas. Bentuknya adalah potongan untuk setoran GWM.

Sektor pertama yang mendapat insentif adalah hilirisasi minerba seperti industri di sektor nikel, timah, tembaga, bauksit, serta besi baja, emas perak, aspal buton, maupun batubara. Juga ada insentif untuk sektor hilirisasi non-minerba seperti tanaman pangan, padi, cabai, bawang; tanaman perkebunan CPO dan tebu, tanaman perkebunan, hingga perikanan dan peternakan.

Perbankan yang mampu meningkatkan kredit di kisaran 3-7% mendapat potongan GWM 0,2% untuk hilirisasi minerba dan 0,6% untuk hilirisasi non-minerba. Diskon GWM bahkan bisa meningkat ke 0,3% untuk hilirisasi minerba dan 0,8% untuk hilirisasi non-minerba bagi perbankan yang mampu menggenjot pembiayaan tembus 7%.

Adapun untuk sektor perumahan, seperti KPR, KPA, konstruksi gedung tempat tinggal, serta real estate tempat tinggal akan mendapat insentif 0,5% bila penyaluran kreditnya tumbuh 3-7%. Namun jika mampu di atas 7%, bisa mendapatkan 0,6%.

Sektor prioritas terakhir adalah pariwisata yang terdiri dari penyedia akomodasi, makanan, dan minuman. Insentif yang disiapkan sebesar 0,25% jika kreditnya tumbuh 3-7%, dan insentif sebesar 0,3% jika kreditnya tumbuh 7%.

Ada pula untuk insentif likuiditas pembiayaan inklusif yang besaran insentifnya 0,1%-1% jika Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) mampu di atas 10-50%. Juga untuk ultra mikro atau UMi 0-3% dengan insentif 0,3-0,5%.

Terakhir adalah insentif likuiditas makroprudensial untuk pembiayaan hijau dengan besaran potongan GWM 0,3-0,5% untuk yang mampu memberikan pangsa kredit atau pembiayaannya di sektor lingkungan sebesar 0-5%.

Dengan demikian, total penetapan besaran insentif paling besar 4%, meningkat dari sebelumnya paling besar 2,8%. Sehingga GWM yang perlu bank-bank setorkan ke Bank Indonesia jika mampu memanfaatkan seluruh ruang kredit itu hanya sekitar 6%.

"Pada tahun 2024, J Trust Bank berencana untuk mengembangkan strategi manajemen baru yang mendorong kami untuk berpartisipasi aktif dalam sektor-sektor industri yang memberikan kontribusi insentif bagi bank. Insentif merujuk pada faktor-faktor yang meningkatkan kinerja bank melalui partisipasi aktif dalam pemberian kredit kepada industri-industri yang memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia, seperti pariwisata dan properti, khususnya rumah-rumah dalam skala menengah ke bawah. J Trust Bank berkomitmen untuk mengakses industri-industri ini, dimana pihak regulator memberikan insentif sebagai dorongan," tutup Ritsuo Fukadai.

 


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular