Perbankan Turun Tangan Atasi Krisis Industri Perkapalan RI

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
03 April 2024 05:51
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (Pusat Tuna di Sulawesi Utara). (Dok. Kementerian Kelautan dan Perikanan)
Foto: Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (Pusat Tuna di Sulawesi Utara). (Dok. Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan membutuhkan infrastruktur transportasi kelautan yang memadai, terutama perkapalan. Sayangnya, industri perkapalan dalam negeri masih menghadapi banyak tantangan, terutama dari pembiayaan.

Infrastruktur transportasi kelautan yang memadai, terkelola secara baik dan efisien merupakan faktor yang sangat penting untuk negara kepulauan seperti Indonesia.

Dengan transportasi laut yang lebih maju dan memadai maka ketimpangan harga barang bisa ditekan, mobilitas antar penduduk bisa ditingkatkan, dan aktivitas ekonomi bisa bergerak lebih cepat.

Belum memadainya infrastruktur transportasi kelautan, seperti pelabuhan dan kapal, menjadi salah satu alasan mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak merata.

Kondisi ekonomi Indonesia bagian barat dan timur masih banyak ketimpangan.

Kontribusi PDB ekonomi Indonesia masing-masing pulauFoto: BPS
Kontribusi PDB ekonomi Indonesia masing-masing pulau

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih bertumpu 57,05% dari Pulau Jawa. Kontribusi Indonesia bagian timur masih di bawah 10%. Pulau Papua Maluku dan Papua berkontribusi sekitar 2,58% sementara Sulawesi hanya 7,10%.

Ketimpangan tersebut juga tercermin dari tingkat kemiskinan. Provinsi di bagian timur memiliki rasio kemiskinan jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata di Indonesia atau Indonesia bagian barat seperti Jawa.

Tingkat kemiskinan di Papua misalnya menembus 26,03% per Maret 2023, jauh di atas nasional yang hanya 9,36%. Mahalnya barang, minimnya aktivitas ekonomi, serta penciptaan lapangan kerja yang lebih sedikit membuat kemiskinan di bagian timur lebih tinggi dibandingkan Indonesia bagian barat.

Industri Perkapalan Prospektif Tapi Backlog Kapal Mencapai 2 Tahun

Besarnya kebutuhan serta strategisnya transportasi kelautan di Indonesia belum mampu diimbangi oleh industri perkapalan. Saat ini, industri perkapalan di Indonesia masih cenderung terbatas. Hal ini juga berkaitan dengan galangan kapal yang ada Indonesia.

Data Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi menunjukkan terdapat 250 galangan kapal di Indonesia.

Namun, kemampuan galangan tersebut sangat beragam. Kawasan industri galangan kapal di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelbauhan Bebas Batam, Kepulauan Riau, saat ini tercatat sebagai yang terbesar.

Kondisi galangan kapal belum memadai sementara di sisi lain permintaan kapal meningkat karena adanya kenaikan penumpang.

Prosentase industri galangan kapal di RIFoto: Kemenko marvest
Prosentase industri galangan kapal di RI

Peningkatan permintaan produksi kapal juga tidak diikuti oleh fasilitas produksi. Kondisi ini membuat adanya backlog atau kekurangan jumlah produksi kapal yang diproduksi.

Asset Based Financing Deputy Division Head PT Bank JTrust Indonesia Tbk, Andris Fajar Bachtiar, mengatakan bahwa backlog yang terjadi di galangan Batam sudah mencapai dua tahun. Artinya, waktu tunggu untuk mendapatkan kapal baru di Indonesia bisa mencapai dua tahun.

"Proses pembuatan kapal di Batam membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Jadi kalau terdapat permintaan, kapal baru dapat dikerjakan dua tahun kemudian. Karena para pekerja kapal harus mengumpulkan bahan baku dan informasi yang diperlukan terlebih dahulu, di samping banyaknya permintaan pembuatan kapal. Kemungkinan kapal baru dapat mulai dikerjakan paling cepat 6 bulan hingga 1 tahun setelahnya," tutur Andris, kepada CNBC Indonesia.

Peta industri galangan kapal RIFoto: Kemenko marvest
Peta industri galangan kapal RI

 

Persoalan ini terjadi di galangan kapal yang ada di Batam karena permintaan produksi kini sudah penuh.

Selain permintaan yang tinggi, bahan baku yang cenderung minim membuat terjadinya backlog di galangan Batam.

Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal Dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO), Anita Puji Utami, mengatakan potensi dibangunnya galangan kapal di wilayah Indonesia lainnya masih terbuka lebar.

Apalagi, dengan adanya hilirisasi, maka hal ini dapat mendorong pelaku usaha untuk membuat galangan kapal di wilayah Indonesia lainnya. Pasalnya, permintaan akan muatan akan meningkat.

"Sangat memungkinkan di wilayah Indonesia lain dibangun galangan kapal untuk mendukung hilirisasi pertambangan, kami dengar memang sudah mulai ada pembangunan ke arah sana yang mendekati wilayah smelter tersebut. Mungkin karena kebutuhannya danjuga transportasi yang diperlukan cukup cepat sehingga membutuhkan yang tidak terlalu jauh dari sana," ujar Anita kepada CNBC Indonesia.

Namun, fasilitas galangan kapal di Indonesia yang sudah cukup baik memang berada di Batam, dengan kebutuhan-kebutuhan secara perhitungan ekonomis itu lebih murah.

Para pelaku industri memilih di galangan Batam karena fasilitasnya yang sudah cukup lengkap, sedangkan galangan kapal di luar Batam masih available jika pelaku industri ingin memulai bisnis perkapalan.

Anita mengatakan bahwa kelemahan dari galangan kapal Batam yakni bahan baku mayoritas masih dari impor.

Hal ini tentunya berbeda dengan galangan kapal yang berada di Pulau Jawa yang bahan bakunya sudah menggunakan lokal, sehingga Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sudah memenuhi.

J Trust Bank Merambah ke Industri Perkapalan, Ikut Membangun RI dalam Transportasi Laut

Industri perkapalan sangat dibutuhkan karena potensi dari maritim Indonesia cukup besar dan karena kebutuhan dari transportasi laut ini harus terus menerus ada bagi pembangunan baru maupun yang masih prepare.

Data BPS menunjukkan jumlah penumpang transportasi laut melonjak 11,7% menjadi 19,91 juta pada 2023. 

Kenaikan ini menunjukkan adanya kebutuhan yang sangat besar untuk transportasi laut.



Besarnya potensi pada transportasi kelautan serta strategisnya sektor tersebut menggerakkan PT Bank Jtrust Indonesia atau J Trust Bank untuk ikut turun tangan.

Sejak kuartal IV-2023, J Trust Bank telah memulai ekspansi dalam pembiayaan industri perkapalan. Kehadiran J Trust Bank diharapkan dapat membantu mengurangi backlog perkapalan akibat timpangnya produksi kapal di galangan.

Andris menjelaskan bahwa pembiayaan kepada sektor perkapalan masih belum banyak dilakukan oleh perbankan Indonesia, salah satunya karena kurangnya informasi yang tersedia tentang industri tersebut.

"Kadang-kadang, bank-bank cenderung menggunakan pendekatan yang sangat tradisional. Mereka cenderung konservatif dalam menilai segala aspek. Namun, Bank JTrust melihat bahwa inovasi terhadap industry perkapalan dapat dijalankan, dan itulah mengapa kita memutuskan untuk terlibat, mengingat ukuran pasar yang begitu besar," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa secara risiko, pembiayaan perkapalan sebenarnya dapat dimitigasi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kapal memiliki identitas yang jelas yang berupa nomor khusus seperti akte kelahiran pada dokumen grosse akta.

"Kapal memiliki identitas yang mirip dengan kewarganegaraan manusia, memiliki 'akte kelahiran'. Dan identitas ini tidak dapat diganti sembarangan, sampai kapal tersebut tidak lagi beroperasi," tuturnya.

Selain kapal memiliki 'akte' kelahiran yang jelas, pembiayaan perkapalan juga memiliki potensi yang besar karena tingginya permintaan akan kapal. Banyak perusahaan atau pengusaha yang mengantre untuk membeli kapal, tidak hanya untuk untuk kapal baru melainkan juga kapal bekas atau second.

"Saat ini, bahkan mencari kapal second saja masih sulit ditemukan. Jadi, melihat permintaan yang terus meningkat seperti ini, risiko investasi dalam industri perkapalan terlihat menjanjikan dengan banyaknya orang yang ingin membeli kapal," jelas Andris.

Namun, J Trust Bank tetap memperhatikan kehati-hatian. Untuk semakin menekan risiko, J Trust Bank menghadirkan pembiayaan terkait perkapalan dengan batas maksimum pembiayaan sebesar 60% dari harga kapal. Tenor rata-rata yang ditawarkan mencapai lima tahun.

Members of the Bahlawan family build boats at their boatyard in Syria's Mediterranean Island of Arwad on July 24, 2022. - The Bahlawans are the only manufacturers of traditional wooden boats on the Syrian coast, a Phoenician craft dating back thousands of years, now threatened by low demand in the age of technology. (Photo by LOUAI BESHARA / AFP) (Photo by LOUAI BESHARA/AFP via Getty Images)Foto: AFP via Getty Images/LOUAI BESHARA
Members of the Bahlawan family build boats at their boatyard in Syria's Mediterranean Island of Arwad on July 24, 2022. - The Bahlawans are the only manufacturers of traditional wooden boats on the Syrian coast, a Phoenician craft dating back thousands of years, now threatened by low demand in the age of technology. (Photo by LOUAI BESHARA / AFP) (Photo by LOUAI BESHARA/AFP via Getty Images)

J Trust Bank juga melakukan penelitian dengan cermat terhadap bisnis pemilik kapal, seperti apakah kapal tersebut digunakan untuk pengangkutan barang atau penumpang, kontrak-kontrak kerja pengangkutannya, laporan keuangan perusahaan pemilik kapalnya, dan juga jalur/trayek pengangkutannya. Hal ini dikarenakan bisnis kapal sangat menggantungkan pada harga komoditas serta mobilitas masyarakat.

J Trust Bank Terus Genjot Pembiayaan Kapal

Andris menambahkan bahwa J Trust Bank telah mulai menyalurkan pembiayaan kapal pada kuartal IV-2023 dengan nilai sebesar Rp 100 miliar. J Trust Bank dipastikan akan semakin serius dalam mengembangkan pembiayaan untuk industri perkapalan ke depan.

"Sekarang sedang ada beberapa proses kredit yang sedang berlangsung, mungkin sekitar 3 sampai 5 proses kredit," ujarnya dengan optimis.

Andris menjelaskan bahwa ketertarikan J Trust Bank terhadap pembiayaan industri perkapalan di Indonesia disebabkan oleh prospek yang menarik dari industri tersebut.
J Trust Bank berharap pemerintah memberikan lebih banyak insentif bagi industri perkapalan, termasuk dalam hal pembiayaan.

"Percepatan dalam pengembangan infrastruktur sangat diperlukan. Dukungan untuk pasokan bahan baku juga penting. Jika kita tidak dapat memenuhi 100% kebutuhan bahan baku pembuatan kapal secara lokal, misalnya, kita dapat mengurangi pajak impor," ujar Andris.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation