Bisnis RI Jangan Asal Pakai AI, Simak 4 Bahayanya

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
21 March 2024 15:45
Ilustrasi Transformasi Digital. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi Transformasi Digital. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mulai menarik perhatian berbagai sektor bisnis di Indonesia.

Platform AI seperti penggunaan chatbot dalam layanan pelanggan, pengambilan keputusan, dan pengenalan suara untuk keamanan, telah menjadi bagian dari inovasi yang terus berkembang.

Menurut studi dari Kearney, AI diproyeksikan memberikan keuntungan ekonomi yang substansial di wilayah ASEAN.

Pada tahun 2030, AI diharapkan dapat menyumbang hingga US$ 1 triliun pada PDB ASEAN, dengan estimasi Indonesia akan berkontribusi sekitar 40%, dengan perkiraan kontribusi sebesar US$ 366 miliar (Rp 5.734 triliun).

Meskipun para eksekutif optimistis tentang manfaat AI bagi efisiensi dan inovasi, mereka juga menyoroti sederet risiko yang akan dihadapi beberapa tahun mendatang.

Risiko itu termasuk kemungkinan pergeseran tenaga kerja dan risiko privasi data, dengan mayoritas setuju AI akan berdampak pada organisasi dalam lima tahun, dan hampir semua menekankan pentingnya pemahaman kepemimpinan terhadap teknologi ini.

"Integrasi yang bertanggung jawab terhadap AI memerlukan pemahaman teknis yang mendalam dan mitigasi risiko yang efektif, kita tidak boleh mengabaikan potensi risiko yang terkait dengan penggunaan AI," kata President Director and Partner Kearney Indonesia Shirley Santoso dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (21/3/2024).

Menurut laporan Kearney, setidaknya ada empat risiko yang harus diperhatikan oleh para pemimpin bisnis dalam penggunaan AI. Berikut selengkapnya.

1. Bias Data

Bias data meliputi kualitas output model AI secara langsung terkait dengan data yang dilatih. Jika data latihan tidak mencerminkan keberagaman dunia nyata secara seimbang, AI dapat menghasilkan hasil yang bias.

2. Halusinasi Data

Model AI generatif sangat akurat tetapi tetap 100% yakin bahkan saat mereka salah. Hal ini memerlukan proses keterlibatan manusia untuk terus memverifikasi informasi atau konten yang diproduksi oleh AI.

3. Biaya yang Membengkak

Seiring dengan meningkatnya volume data yang disimpan oleh platform AI, biaya pengumpulan, penyimpanan, dan pemrosesan juga meningkat.

4. Ketergantungan dan Reliabilitas

Ada kekhawatiran tentang ketergantungan pada AI dan keandalannya.

Kearney menyarankan para bos perusahaan di RI memprioritaskan lima faktor utama dalam mempertimbangkan adopsi teknologi AI. Pertama, adalah alasan bisnis yang jelas untuk integrasi AI. Kedua, memastikan kualitas dan keandalan data. Ketiga, keamanan yang kuat untuk melindungi data sensitif dan membuat pedoman etika.

Keempat, desain arsitektur yang dipertimbangkan dengan baik untuk integrasi yang lancar dan bisa ditingkatkan skala penggunaannya. Terakhir, memastikan adopsi AI berkelanjutan termasuk lewat perubahan budaya di dalam organisasi.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AI Bisa Bikin Kacau Pemilu, Aturan Baru Kominfo Mampu Atasi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular