Jadwal Kiamat Maju 10 Tahun, Tandanya Makin Jelas Terlihat

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Senin, 18/03/2024 07:10 WIB
Foto: Penampakan bumi dari Luar Angkasa (Astro_Megan via Space_Station)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para peneliti mengungkapkan es di permukaan Bumi kian berkurang. Perubahan iklim itu membuat warna lingkungan kutub juga berubah dan terjadi lebih cepat dari biasanya.

Biasanya kutub diselimuti warna putih karena tertutup es. Karena es yang mencair membuat wilayah itu berubah menjadi biru.

Sementara percepatan penurunan jumlah es juga kian cepat. Bahkan laporan dari University of Colorado Boulder menyebutkan kejadian itu maju satu dekade atau 10 tahun lebih cepat, dikutip Business Insider, Jumat (15/3/2024).


Tercatat pada bulan September hanya 3,3 juta kilometer persegi es yang tersisa di Samudra Arktik. Nampaknya jumlah itu akan terus berkurang.

Para ilmuwan dalam laporan tersebut menjelaskan tutupan es di wilayah tersebut akan berjumlah di bawah satu juta kilometer pada empat tahun lebih awal. Namun juga bisa lebih cepat hingga 18 tahun lebih awal.

Sebagai informasi, kiamat pada jumlah es bukan diartikan saat seluruh es mencair. Namun mengacu pada jumlahnya yang hanya kurang dari satu juta kilometer persegi.

Emisi gas rumah kaca jadi pemicu utama berkurangnya es di kutub utara. Matahari mengirimkan lebih banyak panas dan akhirnya diserap oleh lautan, dan kejadian itu membuat es mencair dan suhu lebih panas.

Es yang menghilang itu juga akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Misalnya pada hewan, termasuk anjing, beruang kutub dan berpindahnya ikan ke Samudera Arktik.

Bukan hanya itu, manusia juga berdampak. Gelombang laut kian membesar saat es mencair dari perairan kutub utara.

Para peneliti menyebutkan ada satu cara untuk mengurangi dampak es yang mencair di wilayah tersebut. Yakni dengan mengurangi emisi yang dihasilkan oleh Bumi.

Hal ini ditekankan oleh Alexandra Jahn, peneliti dari Institut Penelitian Arktik dan Alpine CU Boulder. Dia menegaskan emisi Bumi harus dalam keadaan serendah mungkin.

"Jadi meskipun kondisi bebas es tidak dapat dihindari, kita harus menjaga emisi serendah mungkin untuk menghindari 'bebas es' yang berkepanjangan," jelasnya.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat