
Pentagon Punya Senjata Pembunuh Super, Manusia Kalah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Artificial Intelligence (AI) digunakan Amerika Serikat (AS) sebagai senjata perang. Teknologi canggih itu bertugas mengidentifikasi target.
Pengembangan teknologi AI merupakan bagian dari Project Maven, hasil kerja sama Pentagon bersama Google. Namun akhirnya raksasa mesin pencarian memilih mundur setelah ribuan pegawainya mengkritik kerja sama tersebut.
Namun ternyata teknologi tersebut tetap digunakan oleh pasukan AS di Timur Tengah, meski Google tak lagi bekerja sama dengan Pentagon. Kepala Pejabat Teknologi Komando Pusat AS, Schuyler Moore menjelaskan mereka menggunakannya untuk mengidentifikasi target potensial dengan drone atau satelit.
Penggunaan algoritma penargetan itu dilakukan setelah Hamas melakukan serangan pada 7 Oktober 2023.
Nampaknya algoritma itu masih tetap perkasa. Mengutip laman Engadget, Rabu (28/2/2024), teknologi itu berhasil mengidentifikasi lebih dari 85 serangan udara di Timur Tengah sepanjang bulan ini, menemukan peluncur roket di Yaman dan kombat permukaan di Laut Merah.
AI untuk perang tersebut dikembangkan dalam Project Maven. Proyek tersebut sebenarnya kerjasama Pentagon dengan Google.
Teknologi AI buatan Google digunakan untuk menganalisa rekaman drone dan gambar bendera yang akan ditindaklanjuti oleh manusia. Namun Google akhirnya memilih mundur dari kerja sama ini pada 2019.
Banyak karyawan Google yang mengkritik kerja sama dengan Pentagon. Bahkan ribuan orang meminta perusahaan mengakhiri kemitraan.
Meski senjata yang digunakan telah berbasis AI, Moore memastikan manusia masih terlibat dalam pelaksanaannya. Teknologi tersebut tidak berjalan sendirian di tengah medan perang.
Bagi orang yang terlibat akan melakukan pemeriksaan dan verifikasi rekomendasi target. Selain itu, mereka akan mengusulkan cara menyerang dan senjata yang digunakan.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Chatgpt Takut Manusia Disetir AI Termakan Rayuan Maut
