Bukan Cuma Manusia, Robot Saja Susah 'Dapat Kerja'

Redaksi, CNBC Indonesia
13 February 2024 18:20
Amazon memamerkan robot bernama Sparrow, yang bisa memilah paket dan produk menggunakan teknologi kecerdasan buatan.
Foto: dok Amazon

Jakarta, CNBC Indonesia - Order robot di Amerika Serikat merosot untuk pertama kalinya dalam 5 tahun terakhir. Kecemasan atas ekonomi membuat pabrik di AS mengurangi pesanan robot.

Sepanjang 2023, jumlah robot terjual hanya sekitar 31.159 unit. Jumlah tersebut merosot 30 persen dari tahun 2022, penurunan penjualan paling tajam sejak 2006.

Penurunan terbesar terjadi di industri otomotif, yang merupakan setengah dari pasar robot di AS. Permintaan atas robot juga terasa di sektor manufaktur logam dan pangan.

Presiden asosiasi produsen robot (Association for Advancing Automation), Jeff Burnstein menyatakan banyak pabrik memutuskan untuk menunda pembelian.

"Saat ekonomi tidak baik, lebih mudah untuk menunda pembelian," katanya seperti dikutip Reuters, Selasa (13/12/2024).

Meskipun menunda pembelian robot, perusahaan-perusahaan tersebut masih tetap terus mengembangkan versi mesin yang lebih canggih.

Startup robotik, Figure, bulan lalu mengumumkan kerja sama dengan BMW. Mereka mengembangkan robot menyerupai manusia untuk bekerja di pabrik BMW. Tesla juga mengembangkan robot serupa secara internal.

Namun, mayoritas perusahaan produsen robot kesulitan menjual produknya di tengah perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dan stok yang makin menumpuk selama pandemi Covid-19.

Universal Robots, produsen robot asal Denmark, melaporkan penurunan pendapatan 7 persen pada 2023. "2023 diwarnai oleh situasi ekonomi dan bisnis yang sulit sehingga kebanyakan klien kami di berbagai sektor industri global merasakan perlambatan aktivitias," kata Presiden Universal Robots Kim Povlsen.

Penjualan robot melambung selama Covid-19 karena pabrik-pabrik di AS kesulitan merekrut tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan tersebut juga "menumpuk" stok robot selama pandemi karena cemas dengan dampak gangguan rantai pasok terhadap ketersediaan robot.

"Ada perasaan banyak perusahaan membeli walau mereka belum membutuhkan [pada 2022]. Kini mereka masih punya banyak stok sebelum membeli robot baru," kata Burnstein.

Joe Gemma, dari Wauseon Machine, merasa permintaan atas robot masih kuat. Pasalnya, AS masih kekurangan tenaga kerja.

"Saya baru-baru ini berkunjung ke pabrik yang dalam keadaan normal mempekerjakan 600 orang, kini masih ada 140 posisi yang kosong. Ke mana saja saya pergi, ada tantangan tenaga kerja," kata Gemma.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Google Mulai PHK Karyawan Diganti AI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular