Dulu Buang Uang Sampai Dipecat, Founder Kini Mau Selamatkan WeWork
Jakarta, CNBC Indonesia - Adam Neumann, pendiri WeWork, berniat membeli kembali perusahaan co-working space bangkrut tersebut. Neuman padahal dulu ditendang karena tata kelola WeWork berantakan hingga membuat investor rugi triliunan rupiah.
WeWork didirikan oleh Neumann pada 2010. Sebagai salah satu pelopor bisnis co-working space, WeWork sempat menjadi unicorn terbesar dunia dengan valuasi mencapai US$ 47 miliar (Rp 739 triliun) pada 2019. Namun, Neumann ditendang saat investor menemukan segudang masalah di WeWork dalam proses IPO.
Saat mengajukan permintaan pailit, valuasi perusahaan "tinggal" US$ 45 juta (Rp 707 miliar).
Kini, CNBC International mengabarkan bahwa Neumann berencana "menyelematkan" WeWork yang sudah dalam proses pailit. Neumann disebut punya dukungan dari investor berkantong tebal, termasuk sebuah perusahaan pengelolaan dana investasi bernama Third Point.
Neumann, yang kini mengelola startup baru bernama Flow, telah berulang kali menyatakan minat mengambil alih WeWork dan properti sewaan WeWork.
Menurut sumber CNBC International, Neumann bahkan sempat membawa komitmen modal senilai US$ 1 miliar (Rp 15,7 triliun) pada Oktober 2022. Namun, tawaran Neumann ditolak oleh CEO WeWork CEO Sandeep Mathrani.
Penasihat WeWork saat itu meminta Neumann menyediakan skema pendanaan untuk perusahaan yang dalam proses pailit (DIP), bukan surat komitmen investasi (term sheet).
Nemumann dipaksa mundur pada September 2019 setelah permasalahan tata kelola di WeWorks terbongkar dalam proses IPO-nya. Sang CEO ternyata kerap memperkaya diri sendiri dengan cara-cara aneh, seperti memberikan dirinya saham perusahaan senilai US$ 6 juta untuk pembayaran hak cipta kata We.
Berbagai laporan juga menggambarkan gaya manajemen Neumann yang tidak biasa, termasuk budaya pesta pora. Pada akhirnya, IPO WeWork gagal.
Namun, Neumann tidak seperti founder startup lain yang hartanya ikut menguap bersama valuasi perusahaan yang mereka dirikan. Pria berusia 44 tahun ini justru menumpuk harta menjelang transformasi WeWork menjadi perusahaan terbuka.
Setelah gagal IPO, WeWork menempuh proses merger dengan SPAC, yaitu perusahaan cangkang yang didirikan sebagai pintu masuk perusahaan yang mau go-public.
Sebagai bagian dari merger, SoftBank dikabarkan memberikan Neumann US$ 480 juta (sekitar Rp 7,5 triliun) untuk membeli setengah dari seluruh saham miliknya. Bayaran ini diterima Neumann setelah ia menggugat SoftBank ke pengadilan karena investor startup tersebut membatalkan rencana pembelian seluruh saham WeWork milik Neumann di harga US$ 1 miliar (Rp 15,7 triliun).
Neumann juga menerima US$ 185 juta (Rp 2,9 triliun) sebagai bagian dari klausul non-kompetisi (yang melarang Neumann bernegosiasi dengan calon pembeli lain) dan US$ 106 juta (Rp 1,6 triliun) sebagai dari bagian penyelesaian gugatan di luar pengadilan.
Secara total, meskipun ditendang dari WeWork bertahun-tahun sebelumnya, Nuemann meraih US$ 770 juta (Rp 12 triliun) selama proses merger.
Di samping itu, Neumann masih memiliki saham di WeWork yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 722 (Rp 11,3 triliun) pada saat WeWork melantai di bursa.
(dem/dem)