Ilmuwan Amerika Ungkap Alasan Gempa Maroko Begitu Mematikan
Jakarta, CNBC Indonesia - Maroko diguncang gempa berkekuatan 6,8 magnitudo pada Jumat (8/9/2023) lalu. Sekitar 2.901 orang meninggal dalam rangkaian gempa yang terjadi di kawasan tersebut.
Sejumlah ilmuwan buka suara soal bencana tersebut. Salah satunya adalah ilmuwan gempa dari Cornell University, Judith Hubbard menjelaskan bagian Afrika Utara memang aktif secara seismik. Namun sebenarnya gempa berkekuatan besar jarang terjadi.
"Gempa ini lebih besar dari yang pernah tercatat di kawasan ini," jelasnya dikutip dari National Geographic, Rabu (13/9/2023).
Meski begitu, Hubbard mengatakan belum mengetahui seberapa mematikan gempa itu. "Kami masih belum tahu secara pasti seberapa mematikan gempa itu, khususnya untuk masyarakat yang tinggal di daerah terpencil," kata dia.
Kerusakan dan banyaknya kematian yang disebabkan oleh gempa terjadi karena banyak faktor. Misalnya bencana yang terjadi di malam hari, membuat banyak orang tidak bisa menyelamatkan dirinya.
Ahli geologi gempa dan komunikator sains, Wendy Bohon menyinggung pula soal ketahanan bangunan di daerah itu saat terjadi gempa. Kesimpulannya bukan gempa yang membunuh manusia, melainkan bangunan yang ada di sekitarnya.
"Ini merupakan satu lagi pengingat yang menghancurkan jika gempa bumi tidak membunuh manusia, melainkan bangunan," ungkap Bohon.
Lokasi gempa Jumat lalu menjadi pertanyaan lain. Yakni berada di bagian selatan, jauh dari area utara tempat sebagian besar gempa terkait.
"Sebagian besar gempa di Maroko terkait dengan pergerakan perbatasan antara lempeng Afrika dan Eurasia. Tingkat bahaya seismik tertinggi diperkirakan terjadi pada bagian utara negara tersebut," kata Ahli seismologi dan profesor emeritus dari California State Polytechnic University Pomona, Jascha Polet.
(dem)