12 Fakta Mengejutkan Soal Antariksa, Jarang yang Tahu

Redaksi, CNBC Indonesia
15 August 2023 21:00
A view from the edge of space is seen from Virgin Galactic's manned space tourism rocket plane SpaceShipTwo during a space test flight over Mojave, California, U.S. December 13, 2018. Virgin Galactic/Handout via REUTERS.  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. NO ARCHIVES, NO SALES.
Foto: Pemandangan dari tepi angkasa terlihat dari pesawat ruang angkasa pariwisata roket berawak Virgin Galactic, SpaceShipTwo, selama penerbangan uji antariksa di atas Mojave, California, AS, 13 Desember 2018. Virgin Galactic / Handout melalui REUTERS.

Jakarta, CNBC Indonesia - Antariksa dan beragam benda di dalamnya menyimpan banyak misteri yang belum terkuak. Namun, dari penelitian para ilmuwan, ada beberapa fakta menarik yang telah diketahui.

Berikut 12 fakta menarik tentang luar angkasa, planet, dan benda-benda yang ada di dalamnya, dikutip dari Mashable, Selasa (15/8/2023).

Bintang Neutron Bisa Berotasi 600 Kali per Detik

Bintang Neutron adalah bintang 'sisa' yang terbentuk dari ledakan Supernova. Ledakan itu membuat bintang raksasa yang memiliki massa 10-25 kali matahari runtuh dan menciptakan bintang-bintang lebih kecil.

Sebagai konsekuensi fisika, bintang Neutron berputar sangat cepat, mulai dari 60 kali per detik setelah lahir. Dalam kondisi tertentu, perputarannya bisa sampai 600 kali per detik.

Luar Angkasa Benar-Benar Tanpa Suara

Gelombang suara membutuhkan medium untuk merambat. Karena tak ada atmosfer di ruang hampa, maka alam antar-bintang akan selalu sunyi senyap.

Di Bumi dan planet lain kebisingan menjadi teman sehari-hari lantaran adanya tekanan udara dan atmosfer untuk menghantarkan gelombang suara.

Jumlah Bintang Tak Terhingga

Belum ada yang bisa memastikan jumlah bintang di seluruh semesta. Bahkan, di Galaksi Bima Sakti tempat Bumi berpijak, jumlah bintangnya tak bisa dihitung.

Jejak Kaki Astronaut dalam Misi Apollo ke Bulan Bisa Bertahan Hingga 100 Juta Tahun

Bulan juga tak memiliki atmosfer. Dengan begitu, tak ada angin dan air di sana. Hasilnya, ketika diberi tekanan, bekas yang tertinggal akan bertahan lama.

Misalnya saja jejak kaki para astronaut di Bulan, diperkirakan bisa bertahan hingga 100 juta tahun. Memang tak selamanya, sebab Bulan dibombardir dengan banyak mikro-meteorit yang menyebabkan terjadinya erosi.

99% dari Massa Sistem Tata Surya adalah Matahari

Matahari adalah benda sangat padat, sehingga mencapai 99% massa seluruh tata surya kita. Itulah yang memungkinkan Matahari mendominasi gravitasi semua planet.

Setiap detik, Matahari meleburkan sekitar 600 juta ton hidrogen menjadi helium. Matahari juga mengubah sekitar 4 juta ton materi menjadi energi sebagai produk sampingan.

Saat matahari mati, ia akan menjadi raksasa merah dan menyelimuti Bumi beserta segala isinya. Namun, diprediksi Matahari belum akan mati hingga 5 miliar tahun ke depan.

Energi yang Dipancarkan Matahari Tiap Jam Lebih Besar daripada Kebutuhan Planet 1 Tahun

Selama 15 tahun terakhir, penggunaan energi solar telah meningkat 20%. Menurut Yale Environment 360, sepanjang 2017, ada 98,9 gigawatt energi solar yang diproduksi.

Meski tampak besar, tetapi jumlah tersebut hanya menyumbang 0,7% dari penggunaan listrik tahunan di Bumi. Padahal, energi yang dipancarkan Matahari tiap jam sangat besar dan jauh lebih banyak dari yang diproduksi manusia.

Jika 2 Logam yang Sama Bersentuhan di Luar Angkasa, Mereka akan Menyatu Selamanya

Efek ini dinamai 'cold welding'. Sebab, atom yang membentuk serpihan logam tak mengetahui bahwa mereka entitas yang berbeda. Karena itu, di ruang angkasa, mereka akan menyatu ketika bersentuhan.

Efek ini tak terjadi di Bumi, sebab ada udara dan air yang memisahkan atom-atom tersebut.

Asteroid Terbesar di Sistem Tata Surya adalah Batu Raksasa Bernama 'Ceres'

Asteroid yang biasanya disebut planet kerdil, memiliki diameter sekitar 600 mil. Asteroid itu sejauh ini adalah yang terbesar dan terletak di antara Mars dan Jupiter.

Permukaan Ceres kurang lebih sama dengan daratan di India atau Argentina. Pada Oktober 2018, pesawat tanpa awak bernama Dawn berhasil mengorbit di Ceres dan memberikan pengetahuan baru tentang asteroid itu.

1 Hari di Venus 1 Tahun di Bumi

Venus memiliki sumbu rotasi yang sangat lambat. Untuk 1 siklus putaran, membutuhkan waktu 243 hari Bumi. Karena putarannya searah jarum jam, Matahari di Venus juga akan terbit di Barat dan terbenam di Timur.

Bintik Merah Jupiter Menyusut

Bintik Merah di Jupiter yang sangat terkenal telah menyusut selama beberapa dekade terakhir. Bintik itu dulunya bisa memuat sekitar 3 Bumi, namun kini cuma muat 1 Bumi.

Yang cukup menarik, saat lebarnya menyusut, panjang bintik itu bertambah. Para ilmuwan masih bingung mengapa fenomena ini terjadi.

Saturnus Punya Bulan 2 Warna

Lapetus adalah salah satu dari 62 Bulan yang mengelilingi Saturnus. Lapetus cukup unik karena memiliki 2 warna berbeda. Satu sisi lebih gelap dari sisi lainnya.

Fenomena ini tak ditemukan pada Bulan di planet lain. Ternyata, Iapetus berada jauh di luar cincin Saturnus. Karena itu, lapetus terkena banyak puing-puing luar angkasa dari benda-benda yang mungkin melewati orbitnya.

Selain itu, bulan lain bernama phoebe, yang benar-benar gelap dan lebih jauh dari Iapetus, berputar searah jarum jam mengelilingi Saturnus. Phoebe memancarkan aliran partikel yang stabil.

Sementara itu, Iapetus berputar berlawanan arah jarum jam. Artinya, hanya satu sisi Iapetus yang terkena partikel yang keluar dari phoebe saat mereka berputar melewati satu sama lain. Hal ini menjelaskan mengapa Iapetus tidak sepenuhnya gelap, tetapi hanya sebagian.

Posisi Bintang Utara Bisa Berubah

Navigasi akan jadi aneh ketika Polaris berhenti menjadi Bintang Utara dalam waktu 13.000 tahun ke depan. Sebab, poros Bumi mengalami gerakan yang disebut 'presesi'. Artinya, poros planet akan berubah dan mengikuti bentuk kerucut.

Dibutuhkan sekitar 26.000 tahun bagi sumbu untuk menelusuri bentuk kerucut secara lengkap. Ketika Bumi mengalami presesi, maka Bintang Utara yang saat ini merupakan Polaris akan ikut bergeser.

Pada 3.000 SM, Bintang Utara diyakini adalah Thuban atau dikenal juga sebagai Alpha Draconis. Dalam waktu 13.000 tahun, bintang Vega akan menjadi Bintang Utara.

Namun, pada 26.000 tahun, Polaris akan kembali jadi Bintang Utara karena Bumi terus mengalami presesi.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cara NASA Prediksi Kiamat di Bumi 30 Menit Lebih Cepat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular