
Wet-Bulb Temperature Ancam Jiwa di Cuaca Panas Mendidih

Jakarta, CNBC Indonesia - Bumi sedang panas mendidih. Warga dunia, dari Asia hingga Eropa, tidak bisa terlalu lama di luar ruang. Sebetulnya, manusia bisa bertahan lama di cuaca panas terik?
Menurut Science Alert, kemampuan manusia bertahan di tengah cuaca panas tidak semata-mata perkara suhu. Faktor lain yang sangat berpengaruh adalah kelembaban.
W. Larry Kenney, profesor di bidang Fisiologi di Penn State, menyebut kombinasi antara suhu dengan kelembaban ini sebagai wet-bulb temperature atau "temperatur pentol basah". Kombinasi keduanya suhu dan kelembaban yang mengancam nyawa manusia, sebetulnya ada di temperatur lebih rendah daripada yang dipercaya sebelumnya.
Kenney dan beberapa anggota timnya menjelaskan bahwa kombinasi antara suhu ekstrem dengan kelembaban tinggi kini makin sering terjadi.
Sebuah studi pada 2010 menyimpulkan bahwa wet-bulb temperature di suhu 35 derajat Celcius, setara dengan suhu 35 derajat Celcius di kelembaban 100 persen atau suhu 46,11 derajat Celcius di kelembaban 50 persen, adalah titik berbahaya bagi manusia.
Di kondisi seperti itu, tubuh manusia tidak mampu lagi mendinginkan diri lagi lewat keringat.
Cara keringat menjaga temperatur inti tubuh manusia adalah lewat penguapan. Keringat menguap karena "dipanaskan" oleh kalori tubuh manusia. Panas yang hilang untuk membuat keringat menguap tersebut menjadikan temperatur tubuh manusia tetap stabil.
Noll Laboratory di Penn State menggelar uji coba sendiri untuk mengukur kemampuan tubuh manusia sehat bertahan dalam berbagai level wet-bulb temperature. Peneliti meningkatkan suhu ruangan secara perlahan sambil memonitor kenaikan temperatur inti tubuh manusia, yang menjadi sampel penelitian.
Kombinasi dari suhu dan kelembaban yang membuat suhu ini manusia menanjak dengan cepat disebut dengan "batas lingkungan genting."
Di bawah batas ini, tubuh manusia bisa mempertahankan suhu inti tetap stabil dalam jangka waktu panjang. Jika batas tersebut terlewati, suhu tubuh terus menerus naik dan menimbulkan risiko kesehatan.
Ketika tubuh terlalu panas, jantung harus bekerja ekstra keras untuk memompa darah ke kulit untuk mengurangi panas. Dikombinasikan dengan keringat yang mengalir deras, kerja keras jantung membuat cairan di tubuh manusia merosot drastis.
Pada kondisi yang paling parah, kekurangan cairan menyebabkan sengatan panas (heat stroke). Manusia yang terkena sengatan panas harus cepat-cepat didinginkan dan membutuhkan perawatan medis.
Penelitian Kenney dan rekannya di Penn State menunjukkan bahwa batas genting pria dan perempuan usia muda sebetulnya ada di suhu yang lebih rendah dari 35 derajat Celcius. Tubuh manusia mulai "memanas" di wet-bulb temperature 31 derajat Celcius pada kelembaban di atas 50 persen.
Menurut Kenney, gelombang panas di seluruh dunia saat ini membuat banyak wilayah mendekati batas genting wet-bulb temperature.
Ia mengingatkan bahwa batas genting tersebut hanya salah satu dari faktor yang bisa mengancam kesehatan manusia. Di suhu dan kelembaban yang lebih rendah, cuaca panas tetap mengancam kesehatan jantung dan organ tubuh lainnya.
Jantung yang bekerja lebih keras saat cuaca makin panas, bisa menyebabkan masalah kesehatan bagi orang yang rentan seperti manula atau pengidap penyakit kronis.
Kenney menyatakan cara terbaik untuk menghindari dampak terburuk dari panas ekstrem adalah banyak mengonsumsi cairan dan selalu menyediakan waktu berteduh, walau sebentar, di tengah perjalanan.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kromosom Y Perlahan Lenyap, Kaum Pria Bakal Punah?
