Gagal di RI, Startup Ojol Rp 1,2T Sukses Mau Kejar Apple

Redaksi, CNBC Indonesia
13 July 2023 10:15
Pengendara ojek online sedang mengantarkan pelanggannya (ilustrasi ojek online)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan transportasi online Uber Technologies resmi angkat kaki dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pada 2018 silam.

Uber yang berasal dari Amerika Serikat (AS) agaknya tak kuat melawan dominasi Grab di pasar Asia Tenggara, serta GoJek secara spesifik di Indonesia. 

Alhasil, Uber menyerahkan operasionalnya di Asia Tenggara ke tangan Grab. Sebagai bagian dari akuisisi, Uber akan memiliki 27,5% saham perusahaan asal Singapura tersebut.

Selain di Asia Tenggara, Uber juga menyerahkan bisnisnya di China ke raksasa ride-hailing lokal Didi Chuxing. Kala itu, Uber mengatakan akan fokus pada sejumlah pasar utama mereka.

Strategi ini sepertinya berhasil menyeimbangkan neraca keuangan perusahaan, sehingga bisnis Uber tetap langgeng dengan pertumbuhan stabil.

Firma The Montley Fool memprediksi Uber bakal segera bergabung dengan Apple, Microsoft, Amazon Cs sebagai perusahaan bernilai US$ 1 triliun.

Pendapatan Uber tahun 2022 sebesar $31,8 miliar dan kapitalisasi pasarnya saat ini sebesar $86 miliar. Sahamnya diperdagangkan dengan rasio harga terhadap penjualan (P/S) 2,7.

Sebelumnya, rasio P/S Uber pernah diperdagangkan paling tinggi 8,9. Hitungan kasarnya, bisa ditarik titik tengah di angka 5,8.

Artinya, Uber harus menghasilkan pendapatan $172 miliar per tahun untuk bisa jadi perusahaan bernilai $1 triliun. The Montley Fool mengatakan angka itu bisa dicapai dalam kurun waktu satu dekadi, antara 2023-2033.

Syaratnya, pendapatan Uber per tahun tumbuh setidaknya 18,4%. Selama 5 tahun berturut-turut, pertumbuhan pendapatan Uber rata-rata mencapai 32,2%.

Pandemi dan iklim ekonomi yang tak stabil terbukti tak memperlambat pertumbuhan Uber selama beberapa tahun belakangan. Melihat pola tersebut, analis optimis Uber akan jadi perusahaan selanjutnya yang bernilai US$ 1 triliun.

Pertumbuhan bisnis Uber disokong fitur pendukung seperti pengantaran makanan (food delivery) dan pengiriman barang (commercial freight).

Tahun lalu, Uber juga meneken kesepakatan dengan Motional yang merupakan joint venture antara Hyundai dan Aptiv. Motional mengembangkan teknologi mobil tanpa awak (autonomous car) pada Hyundai Ioniq 5

Uber sendiri saat ini melayani 130 juta konsumen per bulan. Bersama dengan Motion, raksasa ride-hailing itu bisa menciptakan jaringan transportasi tanpa awak terbesar.

Namun, belum diketahui bagaimana otomatisasi ini akan berdampak pada mitra pengendara Uber.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar Aplikasi Ojek Online Bangkrut di RI Makin Banyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular