Senjata Baru China, Apa Itu Germanium-Gallium yang Heboh?

Redaksi, CNBC Indonesia
05 July 2023 21:20
Chinese and U.S. flags flutter near The Bund, before U.S. trade delegation meet their Chinese counterparts for talks in Shanghai, China July 30, 2019.  REUTERS/Aly Song
Foto: Bendera Tiongkok dan AS berkibar di dekat Bund, jelang delegasi perdagangan AS bertemu dengan China di Shanghai, Cina 30 Juli 2019. REUTERS / Aly Song

Jakarta, CNBC Indonesia - China memberlakukan kebijakan baru dalam 'perang' teknologi melawan Amerika Serikat (AS). Kebijakan itu akan membatasi ekspor dua jenis logam penting untuk manufaktur elektronik dan semikonduktor.

Logam yang dimaksud adalah germanium dan gallium. Apa itu? Dikutip dari CNBC International, Rabu (5/7/2023), germanium dan gallium adalah logam yang tidak terbentuk dari proses natural.

Keduanya diproduksi dengan campur tangan manusia, menggunakan bahan logam lain. Germanium adalah logam berwarna silver-putih yang diproduksi dari seng.

Sementara itu, gallium yang sifatnya lebih lembut diproduksi dari bauksit dan bijih seng.

Germanium memiliki banyak kegunaan, termasuk dalam produk solar dan optik fiber. Logam ini bersifat transparan pada radiasi inframerah dan bisa dimanfaatkan untuk mendukung alat militer seperti kacamata malam hari (night-vision goggle).

Gallium digunakan untuk membuat chip frekuensi radio pada HP dan satelit komunikasi. Komponen ini juga menjadi material kunci untuk memproduksi semikonduktor.

China memproduksi 60% germanium dan 80% gallium, menurut data Critical Raw Materials Alliance. Produksi gallium terbilang sangat kompleks, sehingga hanya sedikit perusahaan yang memproduksinya.

Kebijakan pembatasan ekspor germanium dan gallium dari China akan berdampak pada industri teknologi di seluruh dunia. Memang, China tak melarang ekspor secara keseluruhan.

Menurut Menteri Perdagangan China, regulasi pembatasan ekspor ini mewajibkan eksportir untuk memegang lisensi khusus jika ingin mengirimkan dua logam tersebut ke luar negeri.

"Ini merupakan peringatan dari China, namun tak akan membawa 'maut' bagi industri," kata Eurasia Group.

"Aturan baru ini hanya mengharuskan eksportir mengurus lisensi khusus. Tak disebutkan pelarangan spesifik untuk ekspor ke negara tertentu," ia menambahkan.

Pada 2022 lalu, AS mengimpor logam gallium senilai US$ 5 juta dan US$ 220 juta komponen turunan gallium.

Permintaan terhadap germanium lebih tinggi. AS mengimpor logam tersebut senilai US$ 60 juta pada 2022. Sedangkan Uni Eropa mengamankan germanium senilai US$ 130 juta sepanjang 2022, menurut data S&P Global Market Intelligence.

Sebenarnya, ada beberapa negara lain yang memproduksi logam kunci ini. Belgia, Kanada, Jerman, Jepang, dan Ukraina, bisa memproduksi germanium. Sementara Jepang, Korea Selatan, Ukraina, Rusia, dan Jerman, bisa memproduksi gallium.

Namun, skala produksi China yang besar membuat bujet produksi bisa ditekan menjadi lebih murah.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Jajah Amerika, Bukan Hanya TikTok yang Berkuasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular