
'Perang' AS-China Penentu Masa Depan Manusia, Ini Kata Pakar

Jakarta, CNBC Indonesia - Teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi topik hangat di industri teknologi beberapa bulan terakhir. Bukan cuma soal kecanggihan dan dampaknya, namun juga regulasi dan para pemain yang terlibat.
Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) dan China berlomba-lomba mengembangkan teknologi masa depan ini. Ketegangan antara kedua negara agaknya makin mengobarkan kompetisi untuk menjadi 'raja AI'.
Menurut pakar, perang AI antara AS dan China akan menentukan siapa yang mengontrol sistem ini di masa depan, serta siapa yang akan menguasai pola hidup masyarakat modern.
"Perlombaan AI antara AS dan China, menurut saya akan menentukan masa depan peradaban manusia," kata Michael Capps, CEO Diveplane, yakni perusahaan pengembangan AI.
Lebih lanjut, ia menjelaskan ada perbedaan mendasar antara AS dan China dalam mengembangkan AI.
Menurut dia, AI di China dikembangkan secara masif oleh pemerintah, militer, dan raksasa teknologi. Semua berkolaborasi untuk memenangkan kompetisi AI global.
Metode itu berbeda dengan AS. Capps menilai raksasa teknologi AS berlomba-lomba memenangkan perang AI secara individual. Pemerintah dan militer tak dilibatkan dalam pengembangan tersebut.
"Pemerintah AS mendiskusikan dan memikirkan soal AI. Namun, itu bukan fokus mereka. Di lain sisi, Presiden Xi Jinping 100% fokus pada AI," ia menuturkan.
Penulis buku 'The Coming Collapse of China', Gordon Chang, turut mengomentari soal perang AI antara AS dan China. Menurut dia siapa pun yang memenangkan teknologi AI akan memiliki kekuatan ekonomi yang lebih dominan.
"Jika suatu negara lebih kuat secara ekonomi, negara itu akan memiliki kekuatan militer yang lebih andal dan masyarakat yang lebih baik," kata dia, dikutip dari Fox News, Kamis (8/6/2023).
Dari segi militer, Capps mengatakan AS dulunya sangat dominan. Namun, China pelan-pelan menyamakan posisi dan tumbuh lebih cepat ketimbang AS.
"Ini adalah kunci permasalahannya. AS sudah mengembangkan AI sejak 20 tahun lalu. Banyak orang beranggapan AS dominan dalam pengembangan AI ketimbang negara lain. Namun, negara lain bergerak lebih cepat," kata dia.
Menurut Chang, ada prioritas yang berbeda bagi setiap negara dalam mengembangkan AI. Namun, motif Xi Jinping jelas. Ia ingin China mendominasi AI dan ke depannya mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Teknologi Baru Google Ngeri, Manusia Sudah Tak Dibutuhkan?