Kronologi 'Perang' AS-China, Ini Daftar Teknologi Kena Blokir

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
23 June 2023 19:20
TOPSHOT - US President Joe Biden (R) and China's President Xi Jinping (L) shake hands as they meet on the sidelines of the G20 Summit in Nusa Dua on the Indonesian resort island of Bali on November 14, 2022. (Photo by SAUL LOEB / AFP) (Photo by SAUL LOEB/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/SAUL LOEB

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang teknologi antara Amerika Serikat dan China tak ada habisnya. Sudah banyak korban berjatuhan, dari Huawei hingga yang terbaru posisi Alibaba bisa terancam.

Hubungan dua negara itu memang tidak pernah membaik. Mulai dari urusan politik, hingga perang dagang dan teknologi.

AS terus melancarkan serangan dengan melempar narasi teknologi China berbahaya untuk negaranya. Pemerintah setempat juga terus memperketat pertumbuhan teknologi China dengan memblokir sejumlah perusahaan berbisnis di AS maupun sekutu.

China juga tak berdiam diri. Negara yang dipimpin Xi Jinping berusaha melawan balik dengan memblokir produk-produk dari AS dengan alasan serupa, membahayakan keamanan nasional negaranya.

Hubungan keduanya bisa saja makin memanas karena Rusia. China-Rusia diketahui berteman dengan baik, namun jika China menyediakan senjata untuk Rusia bisa menjadi awal perang terbaru dengan AS.

Berikut perang teknologi dan aksi blokir yang dilakukan dua negara, dirangkum CNBC Indonesia dari berbagai sumber, Jumat (23/6/2023):

Huawei dan ZTE

Kedua perusahaan jadi korban perang China dan AS. Huawei dijebloskan dalam daftar hiam AS pada 2019, saat Donald Trump masih memimpin pemerintahan.

Aksi tersebut berdampak besar pada Huawei. Raksasa teknologi itu kehilangan Android, dan harus membuat sistem operasi sendiri untuk produk-produknya. Namun berkah dari kejadian ini, pertumbuhan OS ciptaan Huawei bernama HarmonyOS melesat dan mengekor Android serta iOS untuk berada di nomor tiga terbesar dunia.

Bisnis ZTE juga diblokir AS. Alasannya karena perusahaan dianggap membahayakan keamanan nasional.

DJI

DJI juga diblokir oleh AS pada akhir 2020. Bisnis perusahaan penghasil drone itu disuntik mati, yakni mereka tidak boleh menjual produknya lagi dan menggunakan komponen teknologi asal AS di perangkatnya.

Industri Semikonduktor China

Industri semikonduktor China juga diacak-acak AS. Negara itu bukan hanya memblokir, tapi mengajak negara lain yakni Belanda dan Jepang untuk melakukan hal serupa.

Berdasarkan laporan Axios dan Center for Strategic and International, AS punya kesepakatan dengan dua negara untuk membatasi penjualan komponen pembuatan chip ke China. Aksi tersebut merugikan China, karena Jepang dan Belanda mengendalikan pasar untuk litografi, alat membuat chip.

Tiktok

Tiktok juga harus merasakan pahitnya perang teknologi dua negara. Sudah sejak lama, AS terus menyerukan Tiktok bekerja sama dengan China dan menyerahkan data pengguna AS pada pemerintah setempat. Sejak saat itu juga Tiktok membantah tudingan tersebut.

AS melarang penggunaan Tiktok pada perangkat pemerintahan. Larangan itu melebar ke masyarakat biasa setelah komite urusan luar negeri AS mengajukan RUU untuk larangan platform secara nasional.

Google, Facebook, Hingga Twitter

China dikenal sebagai negara dengan sensor yang kuat pada teknologi di negaranya. Namun sebenarnya sensor tidak hanya untuk perusahaan AS, meskipun memang kebanyakan berasal dari sana.

Platform besar seperti Google, Facebook hingga Twitter tidak tersedia di China. Masyarakat menggunakan layanan lokal seperti Baidu, Weibo, dan Youko Todou.

Micron

China memblokir perusahaan chip asal AS, Micron. Langkah ini cukup merugikan perusahaan karena pasar China mengantongi 11% atau US$30,8 miliar dari total pendapatannya.

China mengatakan pemblokiran itu karena teknologi yang dibawa Microon akan membahayakan keamanan nasional negaranya.

Alibaba

Membalas pemblokiran Micron, AS ingin melawan industri cloud yang disediakan Alibaba dan Huawei. Pemerintah setempat dilaporkan tengah merancang kampanye menyerang bisnis cloud asal China. Lagi-lagi dengan alasan risiko keamanan.

Kajian itu dilaporkan sudah berlangsung selama 18 bulan terakhir. Menurut lima sumber, AS merancang aturan yang jauh lebih ketat untuk operasional perusahaan China di negaranya. 


(npb/npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Blokir Teknologi AS, Posisi Korsel Serba Salah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular