Cuaca Panas Mendidih, Bumi Bocor di Berbagai Penjuru

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
23 May 2023 14:50
Residents walk along a dirt road in the Urus del Lago Poopo indigenous community, which sits along the salt-crusted former shoreline of Lake Poopo, in Punaca, Bolivia, Monday, May 24, 2021. Bolivia's second-largest lake dried up about five years ago, victim of shrinking glaciers, water diversions for farming and contamination. (AP Photo/Juan Karita)
Foto: Warga berjalan di sepanjang jalan tanah yang kering yang terletak di sepanjang bekas garis pantai Danau Poopo, di Punaca, Bolivia, Senin, 24 Mei 2021. Danau terbesar kedua di Bolivia mengering sekitar lima tahun lalu, korban gletser yang menyusut, pengalihan air untuk pertanian dan kontaminasi. (AP/Juan Karita)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebih dari 50% danau terbesar di dunia kehilangan air. Fakta ini terungkap dari penelitian terbaru yang diterbitkan di Science.

Penyebab utamanya tidak lain karena adanya pemanasan iklim dan konsumsi manusia yang tidak berkelanjutan. Penulis utama jurnal tersebut, Fangfang Yao, peneliti iklim di University of Virginia, mengatakan bahwa kabar tersebut tidak sepenuhnya suram.

Ada metode baru yang ditemukan tim peneliti untuk melacak tren penyimpanan air di danau. Dari situ, para ilmuwan dapat memberikan rekomendasi bagi pengelola air dan masyarakat tentang cara melindungi sumber air kritis di berbagai wilayah.

"Metode ini menggunakan serangkaian satelit dan pemodelan. Ini adalah metode komperhensif pertama yang dikembangkan," kata Yao, dikutip dari Phys.org, Selasa (23/5/2023).

Yao termotivasi melakukan penelitian karena krisis lingkungan di beberapa sumber air terbesar di Bumi. Contohnya Laut Aral yang tampak mengering. Laut ini terletak di antara Kazakhstan dan Uzbekistan.

Jadi, dia dan rekannya dari University of Colorado Boulder, Kansas State University, Prancis, dan Arab Saudi, menciptakan teknik untuk mengukur perubahan ketinggian air di hampir 2.000 danau dan waduk terbesar di dunia.

Jumlah itu mewakili 95% dari total penyimpanan air danau di dunia. Tim peneliti menggabungkan pengamatan dari berbagai satelit dan pemodelan selama tiga dekade terakhir.

Dari situ, bisa dihitung data akurat dan dihubungkan dengan tren penyimpanan air danau secara global. 

Sebagai informasi, danau dan waduk air tawar menyimpan 87% air di planet ini, menjadikannya sebagai sumber daya berharga bagi manusia dan ekosistem Bumi.

Tidak seperti sungai, danau tidak terpantau dengan baik sebab letaknya secara umum lebih jauh dari tengah kota. Namun, danau menyediakan air untuk sebagian besar umat manusia, bahkan lebih dari sungai.

"Kami memiliki informasi yang cukup lengkap tentang danau ikonik seperti Laut Kaspia, Laut Aral, dan Laut Salton. Tetapi dalam skala global, diperlukan perkiraan tingkat dan volume danau yang lebih masif," kata Balaji Rajagopalan, profesor teknik di CU Boulder.

"Dengan metode baru ini, kami dapat memberikan wawasan tentang perubahan level danau global dengan perspektif yang lebih luas." ia melanjutkan.

Dalam makalah terbarunya, tim peneliti menggunakan 250.000 gambar dari area danau yang ditangkap oleh satelit antara 1992-2020 untuk mensurvei area 1.972 danau terbesar di Bumi.

Hasilnya, 53% danau di dunia mengalami penurunan penyimpanan air. Penulis membandingkan kehilangan ini setara dengan 17 kali Danau Meads, yakni waduk terbesar di Amerika Serikat.

Untuk menjelaskan tren danau alami, tim peneliti memanfaatkan kemajuan terbaru dalam penggunaan air dan pemodelan iklim.

Perubahan iklim dan konsumsi air manusia mendominasi penurunan volume danau alam secara global. Sekitar 100 danau besar kehilangan air. 

"Banyak jejak manusia dan perubahan iklim yang berdampak pada hilangnya air danau. Seperti Danau Good-e-Zareh di Afghanistan dan Danau Mar Chiquita di Argentina yang telah mengering," kata tim peneliti.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuaca Panas Mendidih di RI Berakhir Kapan? BMKG Jawab Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular