Super Gerah! BMKG Ungkap Cuaca Panas Mendidih RI Sampai Kapan

Redaksi, CNBC Indonesia
12 May 2023 15:30
Sejumlah pekerja melintas di jalur pedestrian di kawasan Senayan Sudirman, Jakarta, Jumat (12/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Sejumlah pekerja melintas di jalur pedestrian di kawasan Senayan Sudirman, Jakarta, Jumat (12/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Cuaca panas mendidih melanda RI sejak beberapa waktu terakhir. Pantauan dari aplikasi BMKG, suhu terkini di area Jakarta mencapai 34 derajat dengan tingkat kelembaban 60%.

Tak heran jika Anda merasa lengket, wajah berminyak, dan rambut mudah lepek. Lantas, sampai kapan cuaca gerah ini berakhir?

BMKG mengatakan wilayah Indonesia bakal mengalami kemarau lebih panjang tahun ini. Mulainya di akhir Mei sampai September mendatang.

Cuaca gerah yang sudah dirasakan sejak beberapa waktu terakhir kemungkinan baru 'intro' ke permulaan kemarau panjang.

BMKG menjelaskan bahwa sebenarnya cuaca panas menjadi suatu siklus yang normal dan terjadi setiap tahun. Ini disebabkan adanya gerak semu matahari. Potensi suhu udara panas seperti sekarang dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Siklus tahunan tersebut berdampak pada wilayah Jawa, di mana temperatur sedikit naik pada bulan April dan Mei, lalu suhu kembali memuncak di bulan Oktober. Pada bulan selain itu, temperatur akan menurun.

"Menurun tapi tentunya tidak seperti di wilayah lain seperti di Eropa dan Amerika yang mencapai 20-an derajat [Celcius]," ujar Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, dalam program Profit di CNBC Indonesia, beberapa saat lalu.

Seperti yang diketahui, lanjut Sena, bahwa Indonesia merupakan negara tropis dan temperatur itu akan berada di sekitar 30-an derajat Celcius, relatif konstan.

Sena menyarankan masyarakat menyesuaikan aktivitas di luar termasuk dengan menggunakan perangkat pelindung diri dari terik matahari seperti payung, topi, atau tabir surya.

Ia meminta warga RI waspada bersama bahwa karena saat ini Indonesia tengah beralih dari musim hujan ke musim kemarau. Pada 2023, Indonesia akan mengalami musim kemarau yang cukup panjang.

"Tentunya itu juga perlu diantisipasi oleh masyarakat untuk menghadapi kekeringan yang nanti akan terjadi. Tapi kekeringan yang terjadi karena musim kemarau menjadi konsekuensi dari kondisi panas yang saat ini terjadi," tuturnya.

Adapun, wilayah yang berpotensi kekeringan yakni Indonesia bagian selatan khatulistiwa yang memiliki perbedaan yang cukup jelas antara musim hujan dan kemarau.

Wilayah Jawa Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan sebagian besar pulau Sumatra bagian selatan dari Riau ke selatan, akan berpotensi terdampak kekeringan.

"Berbeda dengan 3 tahun belakangan di mana kita kondisinya cukup basah, karena 3 tahun ke belakang kita mengalami kondisi La Nina." pungkasnya.

Di kesempatan berbeda, Kementerian ESDM memprediksi Indonesia akan mengalami peningkatan suhu panas hingga 4 derajat dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.

Hal tersebut terjadi bila Indonesia tidaksegera menurunkan produksi emisi karbon (CO2) yang salah satunya berasal dari kendaraan berbahan bakar minyak.

Seperti yang dikatakan oleh Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah. Bahwa kenaikan suhu hingga 4 derajat celcius bisa terjadi salah satunya dikarenakan terus bertambahnya emisi karbon di Indonesia.

"Kerasa nggak kalau belakangan ini jam 3 sore temperatur 37 derajat? Panas banget. Saya selama ini sudah lebih dari 60 tahun, saya (merasakan) panas sekali," ungkap Agus dalam program Mining Zone CNBC Indonesia, pekan ini.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuaca Panas Mendidih di RI Berakhir Kapan? BMKG Jawab Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular