Miris! Kisah Bos Startup Tajir Kini Dipenjara 13 Tahun
Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Theranos, startup yang dituding memanipulasi penelitiannya, bukan hanya menyeret nama pendirinya Elizabeth Holmes. Namun juga Ramesh 'Sunny' Balwani, mantan pacar Holmes yang juga salah satu petinggi perusahaan.
Balwani merupakan mantan presiden dan COO Theranos, diputus bersalah atas 12 tuduhan penipuan dan konspirasi. Dalam kasus ini, dia dihukum 13 tahun dengan tiga tahun masa percobaan.
Harta kekayaannya dilaporkan pada 2023 sebesar US$ 84 miliar atau setara Rp 1.247 triliun, dikutip dari Caknowledge.
Insider mencatat pria asal Pakistan itu punya karir panjang di industri teknologi. Balwani yang tahun ini berusia 58 tahun disebut belajar sistem informasi di University of Texas pada 1986. Berikutnya dia bekerja sebagai manajer penjualan Microsoft di California Utara dan diketahui bekerja di Lotus Software namun tak diketahui posisi dan masa kerjanya, dikutip Rabu (26/4/2023).
Era dot-com akhir 1990-an, Balwani bekerja sebagai presiden di startup bernama CommerceBird pada Oktober 1999. Ini adalah perusahaan pengembang software penyelenggara lelang business-to-business online, yang akhirnya diakuisisi perusahaan pengembang software lain bernama Commerce One.
Pertemuan dengan Holmes terjadi saat Balwani mengejar gelar MBA di UC Berkeley. Keduanya ikut dalam perjalanan program bahasa Mandarin ke Beijing China yang dijalankan Stanford University.
Saat awal bertemu, Holmes masih berusia 18 tahun dan Balwani 37 tahun. Berawal dari berteman akhirnya keduanya berpacaran, bahkan hidup bersama di sebuah kondominium di daerah Palo Alto tahun 2005.
Pada usia 19 tahun, Holmes keluar dari Stanford untuk berfokus pada Theranos. Selama awal membangun Theranos, Balwani disebut memberikan nasihat dan dorongan pada Holmes.
Balwani menjadi tangan kanan Holmes di Theranos tahun 2009. Namun hubungan keduanya tak pernah diungkapkan hingga 2019 saat rekaman deposisi yang diperoleh ABC diungkap ke publik.
Beberapa orang juga buka suara soal sosok Balwani di Theranos. Misalnya sejumlah karyawan yang melihatnya sebagai 'penegak' dan diketahui pernah memecat pegawai langsung di tempat serta memarahi ilmuwan lab yang gagal melakukan tes.
Mantan karyawan Theranos juga sempat menyuarakan kekhawatirannya soal kemampuan pengujian perusahaan pada Balwani. Namun dia disebut menepis kekhawatiran itu.
Balwani juga mempertanyakan sikap whistleblower Erika Cheung yang mengangkat masalah pengujian. "Apa yang membuat Anda berpikir telah memenuhi syarat untuk melakukan pembicaraan ini?" ujarnya.
(tib)