Transformasi Digital Indonesia Didorong Startup & Cloud

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia menaruh perhatian serius terhadap akselerasi transformasi digital dengan merumuskan Peta Jalan Digital Indonesia 2021-2024 yang terdiri dari 4 pilar, yaitu infrastruktur digital, pemerintahan digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital.
Fokus pemerintah saat ini adalah pembangunan last mile namun pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah untuk mengkoneksikan lebih dari 12.500 desa yang belum memiliki kualitas jaringan internet yang bagus dan terjangkau. Sebelumnya pada 2021, pemerintah juga menyiapkan pembangunan lapisan middle mile berupa microwave link, fiberlink, dan satelit untuk pemerataan akses infrastruktur digital.
Menurut Senior Vice President Snowflake kawasan ASEAN dan India, Sanjay Deshmukh, para digital natives seperti startup dan pengembang aplikasi merupakan dua faktor yang mempercepat transformasi digital.
Keduanya membangun perusahaan dengan memanfaatkan teknologi cloud yang memberikan banyak tekanan pada perusahaan tradisional untuk segera melakukan modernisasi.
"Ada lebih dari 2000 startup serta 2 juta pengembang di Indonesia. Ini yang baru saja terdaftar. Mungkin jumlahnya jauh lebih besar dari ini. Komunitas para developer serta perusahaan rintisan digital ini memberikan dorongan pada perusahaan-perusahaan tradisional untuk mempercepat transformasi digital mereka. (Misalnya) bank tradisional bersaing dengan perusahaan tekfin baru yang menawarkan produk serupa kepada konsumen yang sama. Bank tradisional tidak bisa lagi mengatakan kalau mereka tidak perlu modernisasi dan tidak perlu gesit," ungkapnya di sela acara peluncuran kerjasama Snowflake-AWS di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Sanjay, keamanan data, tata kelola data, lokalisasi data sangat penting terkait regulasi dalam negeri hingga tingkat kenyamanan organisasi lokal.
"Ini adalah beberapa tantangan dalam mengadopsi teknolog cloud di Indonesia. Hal-hal yang terkait data harus berhati-hati karena data pelanggan sangat sensitive," ujarnya.
Dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif seperti sekarang ini, tambah Sanjay, semua sektor ingin memanfaatkan kekuatan data dan menawarkan layanan yang benar-benar dipersonalisasi kepada pelanggan, mempercepat pendapatan dan pertumbuhan.
"Banyak perusahaan terkemuka dunia telah bertransformasi menjadi perusahaan berbasis data dengan memberikan persamaan akses data dan memungkinkan kolaborasi data, serta monetisasi data. Seiring dengan bisnis di Indonesia yang merangkul teknologi digital, ada kebutuhan mendesak untuk membuat keputusan berbasis data dan membuka nilai data yang akan menggerakkan pertumbuhan dan inovasi di perusahaan mereka," pungkasnya.
Dengan adanya perundang-undangan terkait data residency di Indonesia, kebutuhan untuk menyatukan data di seluruh ekosistem saat ini menjadi kebutuhan bisnis yang vital.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia akan mampu memobilisasi data dalam skala besar dan memaksimalkan nilai data mereka untuk mendorong inovasi, ketangkasan bisnis, dan kinerja jika mampu memanfaatkan teknologi. Solusi data cloud dapat menyatukan data lintas silo dan mengaktifkan ekosistem data yang dinamis sehingga memungkinkan organisasi membangun sistem operasi digital yang lebih responsif di Indonesia.
Ekspansi Snowflake di Indonesia akan membawa teknologi Data Cloud ke banyak organisasi di seluruh Asia Tenggar. Satchit Joglekar, Direktur Regional ASEAN Emerging Markets akan memimpin Snowflake Indonesia. Dengan beroperasinya Snowflake di Indonesia, Snowflake kini memiliki kantor operasional di 30 negara.
[Gambas:Video CNBC]
IndiHome Siap Balikin Kejayaan Budaya Batik di Laweyan
(dpu/dpu)