Warga RI Tak Bayar Pinjol Makin Banyak, Fintech Buka Suara
Jakarta, CNBC Indonesia - Semakin banyak masyarakat Indonesia yang tidak membayar pinjamannya di platform peer-to-peer lending. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) buka suara terkait hal tersebut.
Ketua Bidang Edukasi, Literasi dan Riset AFPI, Entjik S. Djafar menjelaskan, berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hanya ada 5 perusahaan yang TKB90 berada di bawah 90%. Namun berdampak pada keseluruhan industri p2p lending karena presentase yang dihasilkan sangat buruk.
"Sebenarnya kalau kita melihat yang platform ataupun penyelenggara-penyelenggara peer-to-peer itu masih masih banyak yang bagus," jelas Entjik dalam Program Profit CNBC Indonesia, Senin (27/2/2023).
Menurutnya, capaian TKB90 yang rendah bisa diakibatkan karena segmentasi pasar dari platform tersebut. "Memang kalau ditanya bisa banyak TKB90 sangat buruk itu karena tergantung dari segmentasi pasar yang sesuai masing-masing dari pada fintech itu sendiri," kata Entjik.
Sebagai informasi, TKB90 adalah tingkat keberhasilan pinjol untuk memberikan fasilitas penyelesaian pinjaman. Jangka waktu pengembaliannya adalah hingga 90 dari jatuh tempo.
Jika TKB90 rendah artinya banyak pengguna platform yang tidak membayar uang yang dipinjam. Ini membuat pemberi pinjaman akan lebih lama menunggu hasil investasi dapat kembali.
Dalam catatan CNBC Indonesia, ada beberapa platform yang mendapatkan catatan TKB90 rendah. Bahkan ada yang mencapai 30% yakni Tanifund (36,07%) dan Pintek (33,73%).
Kepada CNBC Indonesia, Pintek menjelaskan perusahaan tengah menghentikan pinjaman dalam beberapa bulan terakhir. Keputusan itu dilakukan seiring rencana transformasi pada model bisnis.
Oleh karena itu, catatan TKB90 platform kian rendah meskipun nilai pinjaman sulit yang ditagih tidak bertambah.
Pihak Tanifund juga angkat bicara terkait hal tersebut. Saat ini perusahaan disebut sedang melakukan perbaikan dan mengecilkan porsi pencairan pinjaman, ungkap Tanifund kepada CNBC Indonesia.
(tib)