Ramai-ramai Staf Twitter Gugat Elon Musk, Ada Apa?

Rindi Salsabilla Putri, CNBC Indonesia
04 February 2023 11:25
FILE - The logo for Twitter appears above a trading post on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Nov. 29, 2021. Elon Musk is taking a 9.2% stake in Twitter. Musk purchased approximately 73.5 million shares, according to a regulatory filing. (AP Photo/Richard Drew, File)
Foto: AP/Richard Drew

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah seorang pengacara yang mewakili beberapa karyawan Twitter yang dipecat, Lisa Bloom mengungkapkan, jumlah gugatan yang dilayangkan kepada Elon Musk terus meningkat setiap harinya.

Berdasarkan laporan BBC, Bloom mengaku sejauh ini dirinya telah menangani sekitar 100 mantan karyawan Twitter, tetapi jumlah tersebut terus meningkat. Salah satu kliennya, Amir Shevat mengatakan, bos Twitter, Elon Musk gagal dalam memimpin perusahaan.

Dalam sebuah wawancara khusus, Shevat menjabarkan, banyak masa sulit yang terjadi setelah Musk mengakuisisi Twitter dengan mahar US$44 miliar atau sekitar Rp664,1 triliun (asumsi kurs Rp15.095/US$) pada November lalu.

Shevat yang pada saat itu merupakan kepala produk untuk platform pengembang Twitter mengatakan, hampir seluruh 150 karyawannya diberhentikan dalam satu malam.

"Kami mendapat email yang mengatakan ada semacam restrukturisasi. Kemudian yang terjadi adalah satu demi satu anggota tim memberi tahu saya bahwa komputer mereka 'rusak'," kata Shevat, dikutip Sabtu (4/2/2023).

"Itu adalah pengalaman yang sangat-sangat sulit dan membuat banyak engineer sangat putus asa," lanjutnya.

Diketahui, sekitar setengah dari total 8 ribu karyawan di Twitter dipecat sesaat ketika Musk mengakuisisi aplikasi burung biru itu. Pada saat itu, Musk mengatakan, Twitter kehabisan banyak uang pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan dan berada di ujung kebangkrutan.

Twitter hanyalah salah satu dari sejumlah perusahaan teknologi besar yang telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dalam beberapa bulan terakhir. Perusahaan teknologi besar lainnya yang melakukan hal serupa adalah Amazon, Meta, dan Microsoft.

Shevat mengatakan bahwa dirinya tidak menolak PHK yang menimpa dirinya, melainkan cara yang dilakukan oleh Twitter.

"Cara melakukan PHK seharusnya adalah dengan cara yang legal, empatik, dan sangat komunikatif. Dalam semua hal itu, Musk gagal dalam kepemimpinannya," ujarnya.

Sebelumnya, Bloom mengatakan, ada berbagai klaim yang masuk dalam dugaan pelanggaran kontrak dan diskriminasi.

Berkaitan dengan hal itu, Shevat menuturkan, awalnya para pekerja dijanjikan gaji empat bulan sebagai pesangon oleh Twitter, tetapi pada akhirnya hanya ditawarkan satu bulan.

"Kami berusaha membuatnya memberitahu kami apa yang dia inginkan dengan perusahaan dan apa arahnya. Jawabannya tidak 100% tepat, tetapi juga tidak terlalu menginspirasi," katanya.

"Misalnya, ketika kami menanyakan bagaimana masa depan Twitter ke depannya, Musk malah menjawab, menurutnya kami akan membantunya mencapai Mars. Saya tidak tahu bagaimana menghubungkan pembangunan aplikasi sosial untuk mencapai Mars," lanjutnya.

Dia menggambarkan perlakuan staf oleh Musk tidak dapat dibenarkan dan meningkatkan kekhawatiran tentang masa depan Twitter.

"Kami ingin membuat hidup orang lebih menyenangkan dan lebih produktif. Dan semua itu menjadi sangat buruk ketika Musk membeli perusahaan itu," pungkas Shevat.

Menurut laporan BBC, tidak hanya di Amerika Serikat (AS), karyawan Twitter yang dipecat di Inggris dan Ghana juga turut menuntut Musk secara hukum.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Momen Unik Elon Musk Tenteng Wastafel ke Markas Twitter

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular