Es Abadi Mencair, Virus Purba Lepas dan Bisa Infeksi Manusia

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
02 February 2023 08:35
Ambulances and fire trucks are parked near the Listvyazhnaya coal mine out of the Siberian city of Kemerovo, about 3,000 kilometres (1,900 miles) east of Moscow, Russia, Thursday, Nov. 25, 2021. A fire at a coal mine in Russia's Siberia killed 11 people and injured more than 40 others on Thursday, with dozens of others still trapped, authorities said. (Governor of Kemerovo region press office photo via AP)
Foto: Ambulans dan truk pemadam kebakaran diparkir di dekat tambang batu bara Listvyazhnaya di luar kota Kemerovo, Siberia, Kamis, 25 November 2021. (Governor of Kemerovo region press office photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada 'virus zombie' yang baru-baru ini ditemukan oleh para ilmuwan di daratan beku atau permafrost di Siberia, Rusia.

Tidak seperti sisa es pada umumnya, daratan beku itu adalah rumah bagi virus hidup yang masih berpotensi menjadi patogen menular.

Saat perubahan iklim terjadi, kuman-kuman yang terkunci permafrost mulai mencair. Mereka menyebutkan bahwa mencairnya permafrost akibat perubahan iklim dapat menghadirkan ancaman baru bagi manusia dan hewan.

Menurut studi yang dipublikasikan bioRxiv, para peneliti telah menghidupkan kembali dan mengelompokkan 13 patogen berusia lebih dari 48.500 tahun yang diberi nama 'virus zombie'. Namun, penelitian ini masih belum ditinjau oleh sejawat dan masih dalam tahap pracetak.

Wabah penyakit dari permafrost belum pernah terjadi sebelumnya. Para peneliti pun menetapkan bahwa setiap virus yang telah diekstraksi dari permukaan dingin Siberia yang mencair berbeda dari semua virus yang ada yang diketahui dalam hal genomnya.

Bisa menyebar ke manusia?

Menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2021 di jurnal Frontiers in Veterinary Science, virus bisa menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat, meski studi lebih lanjut masih diperlukan untuk menilai bahaya patogen yang masih belum diketahui.

Dalam penelitian di laboratorium yang tertutup, para ilmuwan dengan hati-hati mencairkan mikroba dan mengurutkan genomnya. Kemudian, para peneliti menginfeksi sel amoeba dengan virus.

Meskipun berusia hingga 48.000 tahun, beberapa virus mampu bereplikasi di dalam amoeba, membuatnya pecah dan melepaskan partikel virus baru.

"[Virus] yang kami hidupkan kembali tidak berbahaya sama sekali; mereka hanya menginfeksi amoeba. Tetapi keberadaan dan infektivitas mereka menunjukkan bahwa virus purba yang menginfeksi hewan/manusia masih bisa menular," kata Jean-Michel Claverie, salah satu penulis studi baru, mengatakan kepada Live Science dalam email, dikutip Kamis(2/2/2023).

Para peneliti berfokus pada virus yang menginfeksi amuba karena amuba membuat organisme model yang baik dan karena akan ada risiko minimal tumpahan yang tidak disengaja ke teknisi laboratorium.

Meski demikian, jika salah satu dari strain ini benar-benar lepas dari es abadi dan menginfeksi manusia, vaksin modern kemungkinan akan memberikan perlindungan.

Adapun risiko terbesar, menurut penulis, berasal dari virus yang tidak dikenal. Seperti SARS-CoV-2, patogen penyebab COVID-19, kuman ini berpotensi menyebar dengan cepat melalui populasi yang tidak memiliki kekebalan alami, sehingga memicu pandemi.


(dem)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular