Bumi Dapat Sinyal dari Masa Lalu, Asalnya Ujung Antariksa

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
27 January 2023 21:20
This image made available by NASA shows infrared data from the Spitzer Space Telescope and Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) in an area known as the W3 and W5 star-forming regions within the Milky Way Galaxy. The stringy, seaweed-like filaments are the blown out remnants of a star that exploded in a supernova. The billowy clouds seen in pink are sites of massive star formation. Clusters of massive stars can be seen lighting up the clouds, and a bubble carved out from massive stars is seen near the bottom. (NASA/JPL-Caltech/University of Wisconsin via AP)
Foto: Data inframerah dari Spitzer Space Telescope dan Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) di daerah yang dikenal sebagai daerah pembentuk bintang W3 dan W5 di dalam Galaksi Bima Sakti. (NASA/JPL-Caltech/University of Wisconsin via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sinyal dari ujung antariksa berhasil ditangkap oleh teleskop radio di Bumi. Sinyal tersebut menangkap gambaran paling awal di sejarah alam semesta, yang diperkirakan berusia 13,8 miliar tahun.

Sinyal itu berasal dari cahaya dari atom hidrogen dari jarak yang jauh dan ditangkap Giant Metrewave Radio Telescope (GMRT) di India. Teleskop menangkap sinyal dari masa lalu, yaitu jarak antara saat cahaya dipancarkan dan terdeteksi di Bumi, mencapai 8,8 miliar tahun.

Jarak tersebut melebihi rekor sebelumnya yang 'hanya' mencapai 4,4 miliar tahun. Sementara itu, Science Alert menuliskan panjang gelombang cahaya dari atom hidrogen yang ditemukan baru-baru ini adalah 21 centimeter.

"Setiap galaksi memancarkan jenis sinyal radio yang unik," kata kosmolog Arnab Chakraborty dari Universitas McGill Kanada, dikutip dari Science Alert, Jumat (27/1/2023).

"Sampai sekarang kita hanya bisa menangkap sinyal tertentu dari galaksi terdekat. Ini membatasi pengetahuan manusia hanya soal galaksi teredekat dengan Bumi".

Tim peneliti menggunakan lensa gravitasi untuk melakukan pendeteksian sinyal. Ternyata berasal dari galaksi pembentuk bintang bernama SDSSJ0826+5630.

Sebagai informasi, gravitational lensing atau lensa gravitasi merupakan tempat cahaya yang diperbesar saat mengikuti ruang melengkung. Ruang itu mengelilingi objek besar antara teleskop dengan sumber aslinya.

Astrofisikawan Nirupam Roy menjelaskan dalam beberapa kasus, sinyal bisa dibelokkan akibat adanya objek yang lebih besar lagi. Salah satu contohnya adalah galaksi lain.

"Dalam kasus khusus ini, sinyalnya dibelokkan oleh kehadiran benda masif lain, galaksi lain, antara target dan pengamat." jelasnya. "Ini adalah hasil dari pembesaran signal dalam faktor 30, sehingga teleskop bisa menangkapnya."

Hasil dari studi ini memberikan astronom harapan untuk mengulang pengamatan serupa di masa depan, yaitu jarak dan "pandangan ke masa lalu" yang sebelumnya di luar batas. 

Atom hidrogen dibentuk saat gas panas yang terionisasi dari galaksi terdekat "jatuh" menuju galaksi, dan mendingin. Akhirnya, berubah menjadi molekul hidrogen, kemudian berubah menjadi bintang.

Kemampuan untuk melihat ke masa lalu bisa memberikan informasi ke manusia tentang cara galaksi terbentuk dan "perilaku" antariksa pada saat kelahirannya.

Penemuan terbaru ini dinilai astronom bakal "membuka kemungkinan untuk menyelidiki evolusi kosmis gas dengan teleskop frekuensi rendah pada waktu dekat."


(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Ada Tembok China, 5 Struktur Ini Terlihat dari Antariksa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular