Google Bisa Pecah, Diseret Anak Buah Biden ke Pengadilan

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Rabu, 25/01/2023 16:15 WIB
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengajukan gugatan antimonopoli kedua terhadap Google.

Gugatan ini menjadi tanda baru bahwa pemerintah AS serius terhadap perusahaan teknologi, mengingat beragam catatan terdahulu di pengadilan soal gugatan antimonopoli.

Gugatan difokuskan pada bisnis periklanan online dan berusaha membuat Google melepaskan bisnis tersebut. Ini menjadi gugatan pertama terhadap perusahaan yang diajukan di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.


Dalam gugatan departemen sebelumnya, yang diajukan pada Oktober 2020 di bawah Trump, menuduh Google menggunakan kekuatan monopoli untuk memutuskan persaingan pencarian internet melalui perjanjian pengecualian. Kasus itu diperkirakan akan diadili pada September.

Bisnis periklanan Google menghasilkan US$54,5 miliar pada kuartal yang berakhir 30 September dari Search, YouTube, iklan Jaringan Google, dan iklan lainnya.

Dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (25/1/2023), Google juga menghadapi tiga tuntutan hukum antimonopoli lainnya dari jaksa agung negara bagian, termasuk yang berfokus pada bisnis periklanannya yang dipimpin oleh Jaksa Agung Texas Ken Paxton.

Negara bagian California, Colorado, Connecticut, New Jersey, New York, Rhode Island, Tennessee dan Virginia bergabung dengan DOJ dalam gugatan terbaru.

Bisnis periklanan Google memang banyak menuai kritik karena platform tersebut beroperasi di berbagai sisi pasar, mulai dari pembelian, penjualan, dan pertukaran iklan.

Perusahaan telah lama membantah mendominasi pasar periklanan online, menunjuk ke pangsa pasar pesaing termasuk Meta, Facebook.

Dalam gugatan mereka, Departemen Kehakiman dan negara bagian berpendapat bahwa Google berusaha untuk mengontrol semua sisi pasar.

"Google tidak lagi harus bersaing untuk mendapatkan keuntungan, itu hanya bisa mengatur aturan permainan untuk mengecualikan saingan, " kata pernyataan itu.

Menurut pengaduan tersebut, bahkan salah satu eksekutif periklanan Google mempertanyakan kebijaksanaan kepemilikan luas perusahaan di ruang iklan.

″Apakah ada masalah yang lebih dalam dengan kami memiliki platform, pertukaran, dan jaringan yang besar?" tanya eksekutif itu. "Analoginya adalah jika Goldman atau Citibank memiliki NYSE."


(dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat