Inggris Jegal Perusahaan China Akuisisi Pabrik Microchip
Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris memerintahkan Wingtech Technology Co China membatalkan akuisisi pabrik microchip terbesar Inggris. Keputusan itu diambil lebih dari setahun setelah kesepakatan ditutup, dengan alasan masalah keamanan nasional.
Anak perusahaan Belanda Wingtech Nexperia Holding NV akan dipaksa untuk menjual 86 persen Newport Wafer Fab di Wales yang dibeli pada Juli 2021 dalam kesepakatan senilai sekitar 63 juta Pound (sekitar Rp 1,2 triliun).
Sekretaris Bisnis Grant Shapps melihat risiko terhadap keamanan nasional dari apa yang mereka sebut sebagai "potensi reintroduksi aktivitas semikonduktor majemuk" di lokasi.
Risiko ini mengacu pada chip canggih yang digunakan dalam aplikasi seperti kendaraan listrik, dan aktivitas tersebut dinilai bisa merusak kemampuan Inggris.
Ini adalah pengambilalihan China kedua yang diblokir oleh Undang-Undang Keamanan dan Investasi Nasional Inggris yang baru, yang mulai berlaku pada bulan Januari.
Mengutip dari South China Morning Post, Kamis (17/11/2022), ini menjadi penolakan retrospektif pertama dari sebuah kesepakatan.
Keputusan tersebut menunjukkan peningkatan penolakan terhadap investasi China di negara itu setelah Sekretaris Bisnis saat itu Kwasi Kwarteng memveto akuisisi perusahaan desain elektronik yang berbasis di Hong Kong pada bulan Agustus.
Calon pembeli untuk Newport Wafer Fab mungkin sudah menunggu, termasuk konsorsium yang dipimpin oleh Ron Black, mantan chief executive officer perusahaan desain chip Inggris Imagination Technologies Group.
Dalam pernyataan email, Nexperia mengatakan terkejut dengan keputusan tersebut. Mereka mengaku tidak terima dengan masalah keamanan nasional yang diangkat dan akan mengajukan banding untuk membatalkan perintah tersebut.
Perusahaan menambahkan pemerintah tidak terlibat dengannya atau solusi yang diusulkannya, seperti menawarkan kontrol dan partisipasi langsung kepada pejabat Inggris.
"Keputusan ini mengirimkan sinyal yang jelas bahwa Inggris ditutup untuk bisnis," kata manajer perusahaan Inggris, Toni Versluijs.
(roy/roy)