Rentetan Serangan Bos Telegram ke WhatsApp, Buat Apa?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
10 October 2022 12:05
cover topik: WhatsApp Dibajak & Kritik Pedas Bos Telegram
Foto: cover topik/WhatsApp Dibajak & Kritik Pedas Bos Telegram Luar/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Pavel Durov, bos Telegram kembali menyerang WhatsApp dengan mengatakan platform itu bisa diakses oleh hacker. Namun bukan kali ini saja pria 38 tahun itu menyindir WhatsApp.

Misalnya awal Januari 2021 lalu, Durov mengomentari kebijakan privasi WhatsApp. Menurutnya banyak orang yang marah dengan kebijakan itu, yakni mengharuskan semua data pribadi ke mesin iklan milik Facebook.

"Tidak mengherankan jika pengguna beralih dari WhatsApp ke Telegram, yang sudah berlangsung beberapa tahun, kini semakin cepat," kata dia kala itu.

Dia juga menyebut Facebook punya departemen khusus mencari tahu kenapa Telegram begitu populer. Durov mengatakan akan dengan senang hari membagikan rahasianya, yakni menghormati pengguna.

Selain itu, Durov mengatakan karena WhatsApp tidak bisa bersaing dengan Telegram maka aplikasi itu beralih ke pemasaran terselubung.

"Editor Wikipedia baru-baru ini mengungkap beberapa bot berbayar yang menambahkan informasi bias ke dalam artikel WhatsApp di Wikipedia. Kami juga mendapati bot yang menyebar informasi tak akurat tentang Telegram di media sosial," terangnya.

Bos Telegram Pavel Durov (Instagram/Durov)Foto: Bos Telegram Pavel Durov (Instagram/Durov)

Soal kebijakan privasi WhatsApp, Telegram juga mengikuti bosnya melancarkan sindiran pada rivalnya itu. Telegram pernah mengunggah sebuah Gif beberapa orang yang membawa peti mati dan ditempelkan persetujuan penggunaan atas aturan tersebut.

Telegram juga mendorong pengguna uninstall WhatsApp dan mengatakan mereka bisa mendapatkan yang terbaik. Namun tak menjelaskan apa yang dimaksud yang terbaik bagi Telegram.

"Tidak, itu buruk untuk lingkungan. Sederhananya hanya uninstall dan lanjutkan hidupkan Anda. Seperti mantan Anda, tidak cukup baik untuk Anda - Anda berhak mendapatkan yang terbaik," tulis Telegram.

WhatsApp juga terseret dalam masalah peretasan ponsel pemilik Amazon, Jeff Bezos. Durov dengan cepat mengomentari masalah itu, meski Facebook menyalahkan sistem operasi Apple.

"Kerentanan 'video korup' WhatsApp hadir tidak hanya di iOS, tetapi juga di Android dan bahkan perangkat Windows Phone. Artinya, di semua perangkat seluler di mana WhatsApp terpasang," tulis Durov dalam posting blog berjudul 'Why Using WhatsApp Is Dangerous', seperti dilansir dari Gadget 360.

Dia kembali memuji platform miliknya. Menurutnya jika Bezos menggunakan Telegram, dia tidak akan ada dalam masalah.

"Kesalahan keamanan ini tidak ada di aplikasi chatting lain di iOS. Seandainya Jeff Bezos mengandalkan Telegram alih-alih WhatsApp, dia tidak akan diperas oleh orang-orang yang membahayakan komunikasinya," jelasnya.

Terbaru, Durov menyerang WhatsApp dengan mengatakan HP pengguna WhatsApp dapat disusupi oleh hacker. Menurutnya ini terlihat saat masalah keamanan yang diungkap WhatsApp pekan lalu, di mana peretas dapat mengontrol ponsel dengan mengirimi video berbahaya atau memulai video call.

Masalah itu, dia mengatakan tak bisa diselesaikan hanya dengan memperbarui WhatsApp ke versi terbarunya. "Anda mungkin berpikir 'Ya tetapi jika saya memperbaru WhatsApp ke versi terbaru, saya aman kan?' Tidak terlalu," ungkapnya.

Dia menekankan unggahannya bukan untuk mengajak orang beralih ke Telegram. Namun adalah agar orang-orang menjauhi WhatsApp, yang disebutnya sebagai alat pengawas selama 13 tahun terakhir.

"Anda bisa menggunakan aplikasi perpesanan apapun yang Anda suka, namun jauhi WhatsApp, setelah menjadi alat pengawasan selama 13 tahun," jelasnya.

Namun klaim ini dibantah oleh Head of WhatsApp, Wil Cathcart. Dia mengatakan tak percaya klaim itu dan merasa cukup sedih dengan caranya yang dikatakan dengan menggunakan disinformasi untuk meningkatkan pertumbuhan.

"Saya juga tidak percaya sedetik pun Pavel membuat klaim ini tidak ada minat mengembangkan aplikasinya. Sangat sedih melihat Telegram mencoba dan menggunakan disinformasi sebagai taktik untuk meningkatkan pertumbuhan," jelasnya, dari akun Twitternya.

Cathcart memastikan dirinya juga tidak akan menggunakan Telegram. Sebab platform itu tak menggunakan end-to-end encryption seperti WhatsApp.

Sebagai informasi, end-to-end encryption adalah sistem yang membuat pesan tidak bisa dilihat orang banyak termasuk platformnya. Namun hanya bisa dilihat oleh penerima dan pengirim pesan.

Tanpa end-to-end encryption, dia mengatakan Telegram memegang salinan pesan penggunanya. Hal itulah yang membuatnya sangat khawatir.

"Saya tidak akan menggunakan Telegran untuk hal pribadi. Tidak seperti WhatsApp, Telegram tidak punya end-to-end encryption dan tidak ada cara untuk mengaktifkannya untuk grup," tulis Cathcart.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular