
Karyawan Startup Ramai-ramai ke Pindah Kementerian, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak karyawan startup unicorn yang pindah membawa keahlian mereka untuk membantu kementerian. Hal ini diungkap oleh Ibrahim Arief, seorang staf di GovTech Edu yang dulu sempat mendapat tawaran pekerjaan di Facebook dan posisi level C sebuah startup lokal dengan kompensasi jutaan dolar.
"Lebih dari setengah talenta kami adalah mantan insinyur unicorn, dan kami selalu mencari insinyur berpengalaman dengan rekam jejak yang baik dalam mengembangkan teknologi yang berpusat pada pengguna dalam skala besar." kata dia dikutip dari laman Medium GovTech Edu, Kamis (29/9/2022).
Untuk informasi, GovTech Edu adalah sebuah tim, bagian dari Telkom Group, yang terdiri dari 200+ profesional yang bekerja langsung dengan berbagai kementerian di Indonesia.
Saat ini menurut Ibrahim, banyak institusi dan regulasi pemerintah yang melibatkan GovTech Edu, belum lagi luasnya wilayah Indonesia membuatnya semakin menantang.
"Kami ingin membuat produk teknologi sederhana - sesuatu yang memenuhi kebutuhan pemerintah sekaligus sederhana dan mudah bagi pengguna kami. Dan, sejujurnya, ini cukup menantang karena kita juga perlu mempertimbangkan peraturannya," kata dia.
"Kami akan duduk berjam-jam dengan para pemangku kepentingan dari sisi pemerintah untuk membahas desain dan alur program mereka. Itu akan selalu menjadi tantangan bagi kami dan pemerintah, tetapi kami bekerja bersama-sama," imbuh Ibrahim.
Selain Kemendikbudristek, Kementerian Kesehatan juga jadi rumah baru banyak pegawai startup. Farzikha Soerono, seorang mantan karyawan Gojek yang kini bekerja di Kementerian Kesehatan.
Sebelum di kementerian, Zikha pernah menjadi bagian dari tim Product Management di Gojek di unit usaha layanan keuangan, tepatnya di GoPayLater dan GoModal.
Kini perannya di Kementerian Kesehatan berada di Pusdatin-DTO, memimpin tim Product yang terdiri dari Product Managers, Designers, Researchers, and Helpdesk.
Ia lalu menceritakan pertimbangan apa saja yang diambil hingga akhirnya memilih untuk bekerja di Kementerian Kesehatan.
"Keinginan untuk memberikan dampak yang lebih luas kepada masyarakat Indonesia. Saya merasa tidak ada tempat yang lebih tepat untuk memberikan manfaat [impact] yang terluas ke negara kita selain menjadi bagian dari pemerintah Indonesia," katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (29/9/2022).
Ia juga tertarik dengan masalah untuk dipecahkan di Kementerian Kesehatan. Fokusnya bukan mengembangkan aplikasi tapi ke interoperabilitas satu data kesehatan.
Interoperabilitas data kesehatan memungkinkan terjadinya pertukaran informasi rekam medis antarfasilitas kesehatan (faskes), sehingga masyarakat bisa berobat dari mana saja, rekam medisnya terintegrasi dan saling terhubung.
"Ini masalah yang saya sendiri hadapi di mana dokter asma saya yang sudah merawat saya sejak umur 3 tahun meninggal tahun 2021. Seketika saya bingung kemana saya harus berobat selanjutnya karena semua rekam medis saya hanya ada di satu fasilitas kesehatan," ungkapnya.
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Teknologi Kacau Balau, 153.000 Orang Kena PHK 2022
